Wednesday, December 19, 2007

Inovasi Energi Alternatif : Solusi Meroketnya Harga Minyak

(Artikel Telah Diterbitkan oleh Majalah Warta Ekonomi no 22 thn XVI – 10 November 2004)

Indonesia Baru
Tanggal 5 Oktober lalu Indonesia resmi mempunyai kepala negara baru, Susilo Bambang Yudhoyono. SBY, demikian masyarakat menyebutnya, merupakan presiden ke 6 Indonesia, sekaligus yang ke 5 dalam 6 tahun terakhir.

Berbagai optimisme terbentuk seiring dengan terpilihnya SBY. Banyak pihak yang menilai beliau adalah figur yang cocok untuk memimpin Indonesia melangkah lebih tinggi, meninggalkan krisis yang pernah melanda negri tercinta ini. Bukan hanya itu, SBY dinilai sangat “market friendly”.

Pasar, terutama pasar saham dan pasar uang, menanggapi positif kemenangan SBY ini. Buktinya, Indeks Harga Saham Gabungan sempat memecahkan rekor tertinggi sejak krisis, berada pada level diatas 860. Sedangkan untuk rupiah, meski mengalami pelemahan dibanding Dolar Amerika, namun berbagai pihak menilai pelemahan tersebut lebih disebabkan oleh external factor diluar kendali pemerintah, terutama yang berhubungan dengan meroketnya harga minyak dunia.

Tantangan Baru
Presiden baru … Indonesia baru … juga Tantangan Baru. Meski belum resmi memimpin Indonesia, SBY telah dihadapkan pada tantangan cukup besar. Dan bukan tidak mungkin jika tantangan ini tidak di manage dengan baik dapat menjadi batu sandungan bagi pemerintahan mendatang.

Harga minyak bumi di pasar internasional dalam beberapa bulan terakhir telah meroket, jauh diatas prediksi para analis. Saat artikel ini ditulis, harga minyak mentah sempat menyentuh level 50 dolar amerika per barrel. Bahkan Stephen Leeb, presiden dari Leeb Capital Management memperkirakan, harga minyak pada akhir tahun 2004 ini bukan tidak mungkin akan mencapai level 80 dolar amerika per barrel dan tahun depan dapat mencapai 100 dolar amerika per barel.

Beberapa hal disebut sebut sebagai penyebab dari meroketnya harga minyak. Mulai dari faktor ekonomi hingga politik. Dari sisi ekonomi, diperkirakan terjadi disparitas antara demand dan supply. Permintaan akan minyak bumi jauh di atas kapasitas produksi negara penghasil minyak. Belum lagi mendekati musim dingin dimana Amerika dan Eropa banyak mengkonsumsi minyak bumi.

Namun di lain pihak, kelebihan permintaan ini justru dibantah oleh OPEC. Melalui presidennya Purnomo Yusgiantoro. OPEC menyatakan bahwa supply minyak saat ini justru melebihi permintaan. Oleh sebab itu OPEC agak enggan menaikkan kapasitas produksi para anggotanya guna meredam kenaikkan harga minyak dunia.

Faktor lain yang dinilai sebagai biang kerok meroketnya harga minyak adalah ketidak stabilan politik di beberapa negara penghasil minyak. Krisis Irak yang berkepanjangan, menyebabkan terganggunya ekspor minyak dari Irak. Juga proses hukum yang melanda perusahaan minyak terbesar Rusia membuat supply minyak dunia berkurang. Dan terakhir, ketidak stabilan politik di Nigeria, telah menyebabkan perusahaan minyak di negara tersebut berhenti beroperasi.

Ketiga faktor politik tersebut telah menyebabkan terganggunya supply minyak dunia. Dan ditambah dengan isu disparitas supply-demand minyak bumi, terjadilah kepanikan harga.

Apa dampaknya terhadap pemerintahan baru? Defisit APBN. Sepintar apapun tim ekonomi SBY, mau tidak mau, suka tidak suka, akan dihadapkan oleh defisit APBN yang melebar, akibat meningkatkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Menurut pakar perminyakan Bachrawi Sanusi, APBN 2005 kemungkinan besar akan berlipat ganda sehubungan dengan adanya subsidi BBM ini.

Saat ini saja, harga minyak di pasar internasional ($ 50/barel) telah mencapai hampir dua kali lipat dari asumsi APBN yang hanya sebesar 36 dolar amerika. Dan untuk subsidi BBM tahun depan, diperkirakan tidak akan lebih kecil dari Rp 19 triliun (dengan asumsi harga minyak tidak mengalami kenaikkan lagi).

Alternatif apa yang dimiliki oleh tim ekonomi SBY dalam mengatasi APBN yang berdarah darah ini? Salah satu jawaban adalah dengan menaikkan harga BBM. Dengan dinaikkan harga BBM maka beban pemerintah dalam bentuk subsidi akan berkurang, sehingga defisit APBN dapat lebih dikontrol.

Namun belajar dari sejarah, menaikkan harga BBM merupakan kebijakan yang sangat tidak populer. Seorang presiden dapat kehilangan jabatannya akibat menaikkan harga BBM. Bukan itu saja, kerusuhan massa dapat terpicu oleh kenaikkan harga BBM ini. Sebagai contoh tengoklah kerusuhan Mei 1998 yang pernah melanda negri ini, yang menurut beberapa pihak dipicu oleh para demonstran yang menolak kenaikkan harga BBM, yang waktu itu dilakukan oleh mantan presiden H.M. Soeharto.

Atas saran dari IMF pemerintah Indonesia melakukan tigh money policy dan menekan defisit anggaran, yang salah satunya dengan menekan subsidi BBM. Akibatnya, mau tidak mau perlu penyesuaian (baca : kenaikkan) harga BBM. Sejarah mencatat, beberapa saat setelah rencana kenaikkan BBM diumumkan, terjadi aksi demonstrasi yang diikuti oleh penembakan mahasiswa Trisakti dan berakhir dengan kerusuhan massa terburuk sejak Orde Baru.

Entah siapa yang bertanggung jawab akibat kebijakan ini? Sang pasien kah (Indonesia) atau sang dokter kah (IMF). Namun sebagai bahan renungan, pemenang nobel ekonomi Joseph E. Stiglitz dalam bukunya Globalization and Its Discontents mencatat bahwa resep IMF menghapuskan subsidi yang berbuntut kerusuhan massa bukan saja terjadi di Indonesia, melainkan juga di Botswana.


Alternatif Baru
Pada satu sisi, Indonesia akan mengalami defisit APBN yang lebih besar akibat meningkatnya subsidi BBM. Namun di sisi lain, menaikkan harga BBM untuk menekan subsidi bukanlah kebijakan yang friendly. Lalu apa langkah yang harus diambil oleh pemerintahan baru?

Jawabannya mudah : think outside the box, get out of the comfort zone, be innovative. Benar, alih alih pusing memikirkan dua pilihan antara defisit anggaran atau menaikkan harga BBM, mengapa kita tidak memikirkan pilihan ketiga, keempat … dan seterusnya.

Jika harga minyak terus naik, alih alih memikirkan bagaimana cara membuat harganya turun, mengapa kita tidak memikirkan untuk menggunakan sumber energi lainnya. Mengapa tidak kita pikirkan inovative energy? Jepang dengan menggunakan nanoteknologi telah berhasil membuat baja super, yang memiliki kekuatan dua kali lipat dari baja biasa. Sehingga dengan inovasi ini, para produsen Jepang dapat melakukan efisiensi penggunaan baja hingga 50 persen.

Saat ini telah dikembangkan beberapa energi alternatif pengganti minyak bumi seperti hydrogen, solar power, serta wind power.

Hydrogen. Uni Eropa dan Amerika Serikat merupakan dua negara yang sangat serius mengembangkan energi hydrogen guna mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Dan diperkirakan, energi hydrogen ini sudah dapat menggantikan posisi minyak bumi dalam 40 tahun ke depan. Sementara itu, sedikitnya ada tiga perusahaan swasta yang khusus mengembangkan energi hydrogen ini seperti FuelCell Energy Inc., Plug Power Inc. dan Ballard Power Systems Inc. (sahamnya dimiliki oleh Ford Motor Corp. serta DaimlerChrysler AG). Salah satu keunggulan energi hydrogen ini dibanding dengan minyak bumi adalah dalam tingkat kebersihan emisi. Dapat dikatakan tidak ada emisi buangan dari hydrogen. Sebagai catatan, Toyota Corp. merupakan salah satu produsen mobil yang sangat serius menggunakan teknologi ini, dengan mengembangkan hybrid-car.

Solar Power. Energi matahari yang melimpah sebenarnya merupakan sumber energi yang hingga saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Namun, seiring dengan makin menipisnya cadangan minyak bumi maka energi matahari ini harus mulai dikembangkan secara maksimal. Salah satu perusahaan yang serius menggarap alternatif energi matahari adalah BP (Beyond Petroleum). Bagi BP, energi matahari ini akan menjadi salah satu core business di masa mendatang, menggantikan minyak bumi. Sesuai namanya, BP mulai serius memikirkan alternatif energi di luar minyak bumi (beyond petroleum).

Tenaga Angin. Sumber energi lainnya selain matahari yang melimpah ruah adalah tenaga angin. Bahkan, boleh dibilang energi ini sumbernya gratis. Beberapa perusahaan yang sukses mengembangkan sumber energi ini adalah Vestas Wind Systems (Denmark), Gamesa Corporacion Tecnologica S.A. (Spanyol) dan GE Energy.

Selain ketiga sumber energi alternatif di atas, masih ada beberapa lainnya seperti energi panas bumi dan gas alam.

Pilihan Baru
Kita telah membahas beberapa sumber energi alternatif. Pertanyaan besarnya adalah manfaat apa yang dapat kita peroleh?

Mungkin polusi di kota kota besar di Indonesia (khususnya Jakarta) dapat dihilangkan jika para produsen mobil di Indonesia bisa memproduksi mobil dengan bahan bakar hydrogen, menggantikan bensin atau solar. Beberapa saat lalu sempat dibuat pilot project kendaraan umum berbahan bakar gas. Namun baru berjalan beberapa saat sedikit demi sedikit proyek tersebut hilang ditelan waktu.

Mungkin PT PLN tidak perlu pusing memikirkan biaya produksi yang membengkak jika kita dapat mengembangkan sistem yang dapat memanfaatkan panas matahari sebagai alternatif energi.

Dan terakhir, mungkin Mentri Keuangan tidak perlu pusing tujuh keliling memikirkan defisit APBN yang semakin besar, seiring dengan kenaikkan harga minyak, jika saja pemerintah dan pengusaha Indonesia mau serius memikirkan bagaimana mengembangkan energi alternatif. Bahkan, subsidi BBM dapat dialokasikan ke tempat lain, seperti pembiayaan pendidikan dan kesehatan masyarakat.

Kita memang masih sangat tergantung dengan minyak bumi sebagai sumber energi utama. Namun minyak bumi bukanlah energi yang selalu ada. Akan ada saat dimana cadangan minyak bumi Indonesia habis. Bahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, yang juga presiden OPEC, mensinyalir cadangan minyak bumi Indonesia hanya tinggal 100 miliar barrel. Jika dalam sehari ditambang 1 juta barrel maka dalam 280 tahun (thn 2284) cadangan minyak bumi Indonesia akan habis.

Sudah saatnya baik pemerintah maupun pihak swasta Indonesia mulai memperhatikan pengembangan energi alternatif. Dan kiranya sangat tepat langkah ini diambil seiring dengan terpilihnya presiden baru. Indonesia baru … alternatif baru … energi baru.

No comments: