Wednesday, March 26, 2008

Habis Buntung Terbitlah Untung : Prediksi Reksadana 2006

(Ditulis tanggal 21 November 2005)

Tren Suku Bunga

Bagi perbankan dan pelaku pasar uang hari rabu adalah hari yang selalu ditunggu tunggu karena pada hari tersebut Bank Indonesia melakukan lelang Sertifikat Bank Indonesia. Selain menyerap dana yang ada di pasar melalui lelang SBI ini Bank Indonesia juga menetapkan tingkat suku bunga SBI, yang menjadi patokan tingkat suku bunga pasar. Bahkan dalam beberapa literature tingkat suku bunga SBI ini dijadikan patokan bagi penentuan risk-free return di Indonesia (meski saat ini sudah ada BI Rate).Dan seperti biasa, hari rabu tanggal 16 Nopember 2005 kembali Bank Indonesia melakukan lelang SBI yang berhasil menyerap dana sekitar Rp 21,58 triliun. Tingkat suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan ditetapkan sebesar 12,25%, sama seperti minggu sebelumnya. Sedangkan untuk tingkat suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan ditetapkan sebesar 12,69%, naik 60 basis poin dibanding minggu sebelumnya.

Ada hal yang menarik jika kita memperhatikan hasil lelang SBI ini. Menjelang akhir tahun 2005 ini terdapat tren kenaikan suku bunga SBI 1 bulan dari level 7,42% pada awal tahun hingga saat ini telah menyentuh level 12,25%, atau naik tajam sebanyak 483 basis poin. Sedangkan untuk SBI 3 bulan telah mengalami kenaikan sebesar 539 basis poin dari level 7,30% ke level 12,69%
Sedangkan untuk BI Rate sendiri Bank Indonesia telah menaikan sebesar 125 basis poin ke level 12,25% sebagai antisipasi tingkat inflasi akibat kenaikan harga BBM serta kenaikan harga secara umum menjelang sejumlah hari raya hingga akhir tahun ini.

Dan tren kenaikan suku bunga ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga telah menjadi tren global. Amerika Serikat melalui The Fed telah menaikan suku bunganya ke level 4%. Selain itu, China juga yang selama ini konservatif dalam penetapan tingkat suku bunga, telah menaikan tingkat suku bunganya dalam 9 tahun terakhir untuk meredam memanasnya perekonomiannya.

Bahkan beberapa analis memprediksikan The Fed akan kembali menaikan tingkat suku bunganya pada pertemuan yang akan diadakan pada tanggal 13 Desember mendatang. Diperkirakan pada semester pertama tahun depan tingkat suku bunga The Fed akan mencapai 4,5%.

Dampak Terhadap Reksadana

Tren kenaikan suku bunga ini ternyata memiliki dampak terhadap reksadana. Reksadana adalah sebuah instrument investasi dengan mekanisme mengumpulkan modal dari sejumlah investor untuk diinvestasikan di instrument investasi. Reksadana ini dikelola oleh sebuah manajer investasi.Nilai dari sebuah reksadana biasanya dibuat dalam bentuk unit yang disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB). Setiap hari NAB ini dikalkulasi berdasarkan return dari investasi. Jika investasi mengalami keuntungan (kerugian) maka NAB dari reksadana akan mengalami kenaikan (penurunan).Dari jenisnya, reksadana dapat digolongkan menjadi empat golongan besar, yaitu reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana campuran.

Reksadana pasar uang adalah reksadana dimana investasi terbesar (80%) dilakukan pada instrument pasar uang seperti deposito, SBI dan surat hutang jangka pendek (kurang dari 1 tahun).

Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana dimana investasi tersebesar (80%) dilakukan pada instrument investasi yang memberikan return tetap seperti obligasi jangka panjang, terutama pada Surat Utang Negara (SUN).

Reksadana saham adalah reksadana dimana investasi terbesar (80%) dilakukan pada saham, terutama pada saham saham blue chip.

Dan terakhir reksadana campuran adalah reksadana dimana investasi dilakukan umumnya pada saham dan instrumen pendapatan tetap dengan porsi seimbang, serta ditambah instrumen pasar uang meski dalam porsi kecil.

Lalu bagaimana dampak tren kenaikan suku bunga ini terhadap reksadana? Dampak yang paling terasa adalah terhadap reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap. Sedangkan untuk dua jenis reksadana lainnya dampaknya dapat terjadi tetapi tidak langsung.

Pertama, kenaikan suku bunga ini akan berdampak positif terhadap reksadana pasar uang. Seperti yang telah dibahas, return reksadana pasar uang berasal dari return investasinya pada instrumen pasar uang seperti SBI, dan deposito. Kenaikan suku bunga SBI tentunya akan meningkatkan return dalam bentuk bunga (baik itu SBI maupun deposito). Sehingga NAB reksadana pasar uang akan mengalami peningkatan.

Kedua, kenaikan suku bunga dapat berdampak negatif terhadap reksadana pendapatan tetap. Salah satu instrumen investasi terbesar dalam reksadana jenis ini adalah dalam obligasi. Return yang diperoleh ada dua yaitu kupon/bunga obligasi serta market value obligasi tersebut.Dalam teori keuangan, market value dari obligasi adalah berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga naik (turun) maka nilai pasar dari obligasi akan turun (naik). Oleh sebab itu, tren kenaikan suku bunga ini akan membuat market value obligasi turun, sehingga return yang diperoleh reksadana pendapatan tetap akanberkurang. Atau dalam bahasa pasarnya NAB reksadana jenis ini akan negatif.Namun di sisi lain, perlu diperhatikan bahwa return dalam bentuk kupon akan mengalami kenaikan, sejauh jenis obligasinya adalah variable rate, yang mengikuti pergerakan tingkat bunga. Namun jika jenis obligasi adalah fixed rate, maka kenaikan suku bunga tidak akan berdampak apa apa terhadap coupon return.Oleh sebab itu, dalam membahas dampak tren kenaikan suku bunga terhadap reksadana pendapatan tetap perlu hati hati. Maka didepan dikatakan kenaikan suku bunga "dapat" (bukan pasti) berdampak negative terhadap NAB reksadana pendapatan tetap.

Ketiga, tren kenaikan suku bunga, secara tidak langsung, juga dapat berdampak negatif terhadap reksadana saham. Logikanya, kenaikan suku bunga akan membuat investor lebih tertarik untuk investasi di pasar uang daripada pasar modal. Akibatnya, mereka menarik dananya dari pasar modal masuk ke pasar uang. Penarikan dana ini dapat menyebabkan tekanan jual terhadap saham, yang akibatnya harga saham akan turun.Turunnya harga saham inilah yang dapat menyebabkan NAB reksadana saham mengalami penurunan. Namun hal ini baru terjadi jika asumsi penarikan dana dari pasar modal ke pasar uang benar benar terjadi. Sehingga dikatakan dampak kenaikan suku bunga terhadap reksadana saham adalah tidak langsung.

Terakhir, pengaruh kenaikan suku bunga ini terhadap reksadana campuran dapat dikatakan tergantung dari komposisi investasi dalam reksadana tersebut. Biasanya reksadana campuran ini melakukan investasi pada instrumen saham, pendapatan tetap dan pasar uang.

Dari sini instrument investasi yang memiliki komposisi terbesar akan mempengaruhi NAB dari reksadana jenis ini. Misalnya jika sebagian besar berada pada instrumen pendapatan tetap, maka kemungkinan besar reksadana ini akan stagnan atau negatif. Namun jika pasar uang merupakan komponen terbesar, kemungkinan besar NAB nya akan positif.Ramalan ke Depan
Jika kita menilik ke belakang, maka kita dapat melihat pertumbuhan return reksadana pendapatan tetap pada tahun 1999-2001 merupakan primadona. Hal ini disebabkan booming obligasi rekap.Memasuki tahun 2002 hingga 2004 saat ini reksadana saham yang menjadi primadona. Hal ini tidak lepas dari bergairahnya bursa saham setelah terpuruk akibat krisis. Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang sempat anjlok ke level 400 saat ini sudah meroket menembus level psikologis 1000.Lalu bagaimana prospek reksadana untuk tahun 2006? Reksadana manakah yang akan menjadi primadona? Dan bagaimana para investor menyikapinya?

Sebelum menjawab ketiga pertanyaan tersebut alangkah lebih baik kita melihat beberapa prediksi makro ekonomi yang akan mempengaruhi reksadana.

Prediksi pertama : Suku bunga. Penetapan suku bunga SBI 3 bulan (12,69%) yang lebih tinggi dibanding SBI 1 bulan (12,25%) secara tidak langsung menggambarkan hingga bulan Pebruari tahun Bank Indonesia mengharapkan tingkat suku bunga masih akan tinggi. Hal ini konsisten dengan kebijakan uang ketat yang dianut Bank Indonesia. Dalam laporan Outlook Perekonomian 2005-2006 Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi tahun 2006 masih akan berada di level 8%, lebih tinggi dari prediksi pemerintah di level 6,5%. Tinggi tingkat inflasi ini disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga BBM awal Oktober lalu, yang diperkirakan baru akan hilang pada semester dua tahun depan serta rencana kenaikan TDL sebesar 12%. Selain itu, tingginya harga minyak di pasar dunia serta tekanan terhadap nilai tukar rupiah menyebabkan Bank Indonesia masih menganut kebijakan uang ketat. Jika diartikan dalam bahasa sehari hari, maka tingkat suku bunga SBI dan BI Rate kemungkinan besar masih akan tinggi tahun depan, bahkan ada yang memperkirakan dapat melebihi level 14%.

Prediksi kedua : Pasar Obligasi. Seperti yang telah disinggung di atas, nilai pasar dari obligasi selalu berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Dengan kemungkinan suku bunga tahun depan masih akan naik maka kemungkinan besar nilai obligasi, terutama obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara (SUN) masih akan mengalami tekanan walau tidak sebesar tahun 2005 ini.

Prediksi ketiga : Pasar Saham. Jika kita menghitung return dari IHSG dari awal pembukaan awal tahun ini hingga awal Nopember maka return yang diperoleh investor masih negatif sekitar satu persen. Namun dengan memperhitungkan faktor window dressing akhir tahun diperkirakan return dari pasar saham ini dapat positif meski tidak dapat sebesar tahun 2004 (39%) atau bahkan 2003 (94%). Untuk tahun depan saya optimis pasar saham akan kembali bergairah, didukung oleh sejumlah emiten yang bergerak dalam industri pengolahan, perdagangan dan komunikasi.

Prediksi keempat : Munculnya Reksadana Baru. Untuk mencegah terjadinya redemption yang berlanjut dan menenangkan para investor yang telah kehilangan investasinya akibat anjlok nilai NAB sebagian besar reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap, saat ini telah dikembangkan tiga jenis reksadana baru yaitu Reksadana Terproteksi, Reksadana dan Penjaminan dan Reksadana Indeks. Tahun depan diperkirakan ketiga reksadana ini akan menjadi pilihan para investor, terutama bagi mereka yang tidak terlalu menyukai resiko.
Dengan keempat prediksi diatas, maka apa yang akan terjadi terhadap reksadana. Mari kita membedah masing masing reksadana.

Reksadana Saham (****). Underlying asset utama dari reksadana jenis ini adalah saham. Melihat prediksi pasar saham tahun depan akan lebih cerah dibanding tahun ini maka return dari reksa dana saham akan jauh lebih baik dibanding reksadana pendapatan tetap. Oleh sebab itu, reksadana pendapatan saham dapat menjadi pilihan pertama bagi para investor. Saya memberikan bintang 4 bagi reksadana jenis ini.

Reksadana Pasar Uang (***). Underlying asset utama dari reksadana pasar uang adalah deposito, instrumen SBI dan surat hutang jangka pendek. Dengan naiknya tingkat suku bunga tentunya return yang diperoleh dari underlying asset ini akan naik. Oleh sebab itu, reksadana pasar uang merupakan pilihan kedua bagi para investor. Saya memberikan bintang 3 bagi reksadana jenis ini.

Reksadana Terproteksi, Reksadana Penjaminan (***). Kedua reksadana ini muncul sebagai inovasi untuk menyelamatkan industri reksadana Indonesia akibat redemption besar besaran karena kepanikan para investor. Esensi dasar dari kedua reksadana ini adalah nilai pokok investasi para investor dijamin tidak akan hilang. Atau dengan kata lain investor akan menerima minimal sejumlah uang yang diinvestasikan (meski kemungkinan tidak mendapatkan return sama sekali). Dengan karakteristik seperti itu saya memberikan bintang 3 bagi reksadana jenis ini, terutama bagi investor yang takut akan resiko.

Reksadana Campuran (**). Underlying asset utama dari reksadana jenis ini adalah saham dan obligasi. Melihat prediksi pasar saham dan tingginya tingkat suku bunga tahun depan akan terjadi tarik menarik pada reksadana ini. Dari pasar obligasi kemungkinan akan membawa dampak negatif bagi NAB reksadana campuran, namun pasar saham akan membawa dampak positif. Namun saya yakin sisi positif dari pasar saham mampu menetralisir sisi negatif pasar obligasi. Secara rata rata return dari reksadana campuran akan diatas return reksadana pasar uang dan obligasi namun masih dibawah return reksadana saham. Oleh sebab itu, reksadana campuran dapat menjadi pilihan ketiga bagi para investor. Saya memberikan bintang 2 bagi reksadana jenis ini.

Reksadana Pendapatan Tetap (*). Underlying asset utama dari reksadana pendapatan tetap adalah obligasi jangka panjang pemerintah, atau yang biasa disebut SUN. Dengan naiknya tingkat suku bunga maka nilai pasar dari obligasi akan berdampak negatif terhadap NAB reksadana jenis ini. Oleh sebab itu, reksadana pendapatan tetap merupakan pilihan terakhir bagi para investor. Saya memberikan bintang 1 bagi reksadana jenis ini.

Kesimpulan

Meski tahun ini industri reksadana mengalami pendarahan yang cukup besar dimana NAB reksadana telah merosot sebesar 70% dibanding awal tahun ini, terutama yang dialami reksadana pendapatan tetap, namun saya optimis industri reksadana tahun depan akan lebih cerah dibanding tahun ini. Khusus untuk reksadana saham dan pasar uang saya yakin sekali return yang diperoleh akan lebih besar dibanding tahun ini.

Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para investor.

Pertama, melihat kondisi makro ekonomi Indonesia maka reksadana masih merupakan wahana investasi yang menarik. Meski return yang diperoleh tidak sebesar pasar saham namun reksadana jauh lebih baik dibanding pasar obligasi atau pun deposito.

Kedua, bagi investor yang menyukai resiko maka reksadana saham merupakan wahana investasi reksadana yang sangat tepat. Sedangkan bagi mereka yang kurang menyukai resiko maka reksadana pasar uang dapat menjadi pilihan. Dan bagi mereka yang lebih mementingkan untuk tidak kehilangan uang maka reksadana terproteksi adalah pilihan bijak.

Ketiga, apapun pilihan investasi di masa mendatang hendaknya para investor sadar bahwa setiap investasi mengandung resiko. Tidak ada satu buah investasi pun yang steril dari resiko. Oleh sebab itu sangatlah bijak jika mempelajari instrumen investasi sebelum melakukan investasi. Hindari perilaku emosional karena kegagalan berinvestasi banyak disebabkan oleh faktor emosi terutama keserakahan dan ketakutan (fear and greed).Seperti pepatah yang dikatakan oleh salah seorang pahlawan bangsa, RA Kartini, habis gelap terbitlah terang. Meski industri reksadana hancur tahun ini, namun terang keberhasilan telah menunggu di depan. Jangan takut, maju terus.

Mau berinvestasi di reksadana? Jangan lupa untuk membekali diri dengan informasi.

Selamat berinvestasi.

Computer Gender

Is your computer male or female? As you are aware, ships have long been characterized as being female (e.g., "Steady as she goes", or "She's listing to starboard, Captain!").

Recently, a group of computer scientists (all males) announced that computers should also be referred to as being female. Their reasons for drawing this conclusion follow:
1. No one but the Creator understands their internal logic.
2. The native language they use to communicate with other computers is incomprehensible to everyone else.
3. The message "Bad command or file name" is about as informative as, "If you don't know why I'm mad at you, then I'm certainly not going totell you".
4. Even your smallest mistakes are stored in long-term memory for later retrieval.
5. As soon as you make a commitment to one, you find yourself spending half your paycheck on accessories for it.

However, another group of computer scientists (all female) think that computers should be referred to as if they were male. Their reasons follow:
1. They have a lot of data, but are still clueless.
2. They are supposed to help you solve problems, but half the time they are the problem.
3. As soon as you commit to one you realize that, if you had waited a little longer, you could have obtained a better model.
4. In order to get their attention, you have to turn them on.
5. Big power surges knock them out for the rest of the night.

Microsoft vs General Motors

Bill Gates is hanging out with Jack Welch.

"If automotive technology had kept pace with computer technology over the past few decades," boasts Gates, "you would now be driving a V-32 instead of a V-8, and it would have a top speed of 10,000 miles per hour. Or, you could have an economy car that weighs 30 pounds and gets a thousand miles to a gallon of gas. In either case, the sticker price of a new car would be less than $50."

"Sure," says Welch. "But would you really want to drive a car that crashes four times a day?"

===

Q: What did Melinda Gates tell Bill on their honeymoon?
A: Now I know why you call your company micro-soft.

===

Q: What is the first computer ever invented; Apple or IBM?
A: Apple. Coz in the garden of Eden, Eve already touched & ate the apple.

Sunday, March 23, 2008

Parables About Stock Market

Investment Professionals Behavior
(By Benjamin Graham)


An oil prospector, moving to his heavenly reward, was met by St. Peter with bad news.

“You’re qualified for residence,” said St. Peter, “but, as you can see, the compound reserved for oil men is packed. There’s no way to squeeze you in.”

After thinking a moment, the prospector asked if he might say just four words to the present occupants.

That seemed harmless to St. Peter, so the prospector cupped his hands and yelled, “Oil discovered in hell.”

Immediately the gate to the compound opened and all of the oil men marched out to head for the nether regions.

Impressed, St. Peter invited the prospector to move in and make himself comfortable.

The prospector paused.

“No,” he said, “I think I’ll go along with the rest of the boys. There might be some truth to that rumor after all.”

(Source : The Essential Buffett by Robert G. Hagstrom)



Mr. Market
(By Benjamin Graham)


You should imagine market quotations as coming from a remarkably accommodating fellow named Mr. Market who is our partner in a private business. Without fail, Mr. Market appears daily and names a price at which he will either buy your interest or sell you his.

Even thought the business that the two of you own may have economic characteristics that are stable, Mr. Market’s quotations will be anything but. For, sad to say, the poor fellow has incurable emotional problems.

At times he feels euphoric and can see only the favorable factors affecting the business. When in that mood, he names a very high buy-sell price because he fears that you will snap up his interest and rob him of imminent gains.

At other times he is depressed and can see nothing but trouble ahead for both the business and the world. On these occasions he will name a very low price, since he is terrified that you will unload your interest on him.

Mr. Market has another endearing characteristic : he doesn’t mind being ignored. If his quotation is uninteresting to you today, he will be back with a new one tomorrow. Transactions are strictly at your option. Under these conditions, the more manic-depressive his behavior, the better for you.

But, like Cinderella at the ball, you must heed one warning or every thing will turn into pumpkins and mice : Mr. Market is there to serve you, not to guide you. It is his pocketbook, not his wisdom, that you will find useful.

If he shows up some day in a particularly foolish mood, you are free to either ignore him or to take advantage of him, but it will be disastrous if you fall under his influence. Indeed, if you aren’t certain that you understand and can value your business far better than Mr. Market you don’t belong in the game. As they say in poker, “If you’ve been in the game 30 minutes and you don’t know who the patsy is, you are the patsy.”

(Source : The Essays of Warren Buffett by Lawrence A. Cunningham)



Short Memory of the Market
(By John Neff)


Investors usually invite catastrophe themselves, like two hunters who hired a plane to fly them to a moose hunting region in the Canadian wilderness.

Upon reaching their destination, the pilot agreed to return to fetch them after two days. He warned them, however, that the plane could carry only one moose for each hunter. More weight that that would strain the engine, and the plane might not make it all the way home.

Two days later, the pilot returned. Despite his warning, each of the hunters had killed two moose.

“Too much weight” said the pilot.

“But last year you said the same thing,” one hunter declared. “Remember? We each paid an extra $1,000 and you took of with all four moose.”

Reluctantly, the pilot agreed. The plane took off, but after an hour gas was low. The engine sputtered and the pilot was forced to crash land.

The two hunters, dazed but unhurt, climbed out of the wreckage.

“Don’t you know where we are?” one asked.

“Not sure,” said the other, “but it sure looks like where we crashed last year.”

(Source : John Neff on Investing by John Neff)

Thursday, March 20, 2008

Lateral Thingking Test

1. There is a man who lives on the top floor of a very tall building. Everyday he gets the elevator down to the ground floor to leave the building to go to work. Upon returning from work though, he can only travel half way up in the lift and has to walk the rest of the way unless it's raining! Why?This is probably the best known and most celebrated of all lateral thinking puzzles. It is a true classic.Although there are many possible solutions which fit the initial conditions, only the canonical answer is truly satisfying. )

2. A man and his son are in a car accident. The father dies on the scene, but the child is rushed to the hospital. When he arrives the surgeon says,'I can't operate on this boy, he is my son! 'How can this be?

3. A man is wearing black. Black shoes, socks, trousers, lumper, gloves and balaclava. He is walking down a black street with all the street lamps off.A black car is coming towards him with its light off but somehow manages to stop in time. How did the driver see the man?

4. Why is it better to have round manhole covers than square ones? This is logical rather than lateral, but it is a good puzzle that can be solved by lateral thinking techniques. It is supposedly used by a very well-known software company as an interview question for prospective employees

5. A man went to a party and drank some of the punch.He then left early. Everyone else at the party who drank the punch subsequently died of poisoning. Why did the man not die?

6. A man walks into a bar and asks the barman for a glass of water. The barman pulls out a gun and points it at the man. The man says 'Thank you' and walks out.(This puzzle claims to be the best of the genre. It is simple in its statement, absolutely baffling and yet with a completely satisfying solution. Most people struggle very hard to solve this one yet they like the answer when they hear it or have the satisfaction of figuring it out.

SOLUTIONS
1. The man is very, very short and can only reach halfway up the elevator buttons. However, if it is raining then he will have his umbrella with him and can press the higher buttons with it.

2. The surgeon was his mother.

3. It was day time.

4. A square manhole cover can be turned and dropped down the diagonal of the manhole. A round manhole cannot be dropped down the manhole. So for safety and practicality, all manhole covers should be round.

5.The poison in the punch came from the ice cubes.When the man Drank the punch, the ice was fully frozen. Gradually it melted, poisoning the punch.

6.. The man had hiccups. The barman recognized this from his speech and drew the gun in order to give him a shock. It worked and cured the hiccups-so the man no longer needed the water.

TradeJournal : Long Stock + Sell Call

ACTION
Berikut saya mau sharing trading yang saya lakukan kemarin malam (Mar 19, 2008) di market Amerika. Tujuan dari sharing ini bukan lah untuk dijadikan sebagai referensi atau rekomendasi atas suatu saham. Namun saya mau membagikan apa yang menjadi dasar dan alasan saya dalam melakukan transaksi semoga dapat menjadi inspirasi bagi teman teman yang berminat untuk bermain di pasar saham Amerika.

Kemarin saya melakukan dua posisi :
1. Buy saham Coca Cola (KO) 100 lembar* di harga $60.14
2. Sell call option Coca Cola 1 kontrak* utk jatuh tempo January 2009 di strike price $70 dengan premi $1.35 (+VKOAN)
(Jumlah saham dan kontrak opsi sengaja saya samarkan untuk menjaga confidentiality. Hanya saja pastikan jumlah kontrak opsi 1/100 dr jumlah saham)

Untuk long stock saya keluar modal $6,014 (tanpa memperhitungkan transaction cost dan pajak). Sedangkan untuk sell call saya tidak keluar uang sama sekali malah saya mendapat dana tambahan di rekening sebesar $135. Sehingga secara keseluruhan saya hanya membutuhkan dana sebesar $5,879 untuk kedua transaksi tersebut. Khusus untuk pajak, karena Indonesia ada perjanjian pajak berganda dengan Amerika, saat membuka rekening kita mengisi Form W8-BEN yang membebaskan orang Indonesia dikenakan pajak atas capital gain.

LATAR BELAKANG
Mengapa saya memilih saham Coca Cola (KO)?
1. Saya menilai prospek bisnis KO sangat bagus. 10 tahun lalu orang minum Coca Cola dan saya yakin dalam 10 tahun ke depan orang masih minum Coca Cola. Kecuali suatu saat minuman berkarbon dianggap haram, saya tidak melihat prospek bisnis KO akan memburuk.
2. KO baru saja mengakuisisi Energy Brand untuk mendongkrak portfolio bisnis mereka di bidang minuman non-karbonasi. Selama ini KO kalah bersaing dari Pepsi Co di bisnis ini. Dengan akuisisi Energy Brand diharapkan KO dapat mengejar ketertinggalannya.
3. Secara kinerja keuangan dalam 5 tahun terakhir KO membukukan revenue growth sebesar 4.23%, net income growth 5.70% dan ROE 32.18% (Memang dalam hal ini saya melanggar prinsip membeli perusahaan yang memiliki sales growth 5 tahun minimal 15%. Namun untuk perusahaan sejenis KO saya raya ke khilafan saya ini dapat dimaafkan).
4. Untuk satu tahun ke depan berdasarkan proyeksi kinerja 2008 yang berakhir January 2009, saya MERAMALKAN (sengaja diperbesar karena tidak ada satu orang pun dukun yang dapat menebak dengan pasti) harga KO bisa di level $75 (intrinsic value/target price). Sebenarnya sudah sejak August tahun lalu saya tertarik membeli saham ini, namun tidak pernah mendapatkan harga yang tepat. Bearish market saat ini sebenarnya merupakan blessing in disquise buat saya sehingga saya dapat membeli KO di harga $60.14 (dengan margin of safety 20% dr target price)

Mengapa saya melakukan sell call option?
1. Tujuan utama saya adalah untuk mendongkrak return yang saya peroleh tanpa menambah resiko. Biasa orang menggunakan margin untuk mendongkrak return mereka. Hal ini sedikit aman saat market bullish. Namun saat market bearish seperti saat ini sangatlah riskan menggunakan margin.
2. Sebagai asuransi jika saham KO dalam satu tahun ke depan tidak naik atau malah turun dari cost basis saya $60.14. Jika ini terjadi, maka saya minimal akan menerima premi dari sell call saya sebesar $135. Lumayan disbanding tidak sama sekali.
3. Saya mengambil call option jatuh tempo January 2009 dengan pertimbangan fiscal year KO berakhir Dec 31. Sehingga pada minggu ketiga January 2009 saat option jatuh tempo, kinerja keuangan KO sudah price in di harga sahamnya.
4. Saya mengambil strike di $70 semata karena pertimbangan premi. Idealnya saya mengambil strike price di $75. Namun krn di strike price itu premi nya kecil sekali ($0.50) maka saya memilih strike $70 dengan resiko di-exercise lebih besar tentunya.

TRADING PLAN
Menentukan entry point (beli saham apa, mengapa, di harga berapa) hanyalah sebagian dari resep sukses berinvestasi. Sebagian lagi adalah exit point (kapan mau keluar, mengapa) serta risk/return analysis (apa yang akan terjadi jika setelah kita beli saham nya naik, turun, atau tetap). Semua ini hanya dapat dilakukan dengan membuat trading plan. Saya suka kalimat yang selalu ditulis oleh pengasuh milis Wan Al. Saya belum pernah bertemu dengan beliau, namun dari tulisan dan saran beliau saya sangat kagum dan respek. Sangat berharap suatu saat dapat bertatap muka. Beliau sering kali menulis : Jangan pernah trading tanpa trading plan. Saya sangat setuju dengan beliau.

Saya memiliki 3 skenario apa yang akan terjadi dengan harga saham KO pada January 2009 yaitu :
§ Pesmis : saham KO akan berada di level $65
§ Moderate : saham KO akan berada di level $70
§ Optimis : saham KO akan berada di level $75

Berikut adalah scenario return yang akan saya terima dari long stock KO :
§ Pesimis : Laba $486 (($65-$60.14)*100) atau 8.08% ($486/$6,014)
§ Moderate : Laba $986 (($70-$60.14)*100) atau 16.40% ($986/$6,014)
§ Optimis : Laba $1,486 (($75-$60.14)*100) atau 24.71% ($1,486/$6,014)

Hitung hitungan return tersebut adalah jika saya hanya membeli saham (long stock) KO. Nah saya menggunakan sell call untuk mendongkrak return yang saya peroleh.

Berikut perhitungan return dari long stock KO dan sell call VKOAN :
§ Pesimis.
Pada saat harga KO di level $65 maka akan terjadi sbb :
Long Stock KO : Laba $486 seperti hitungan di atas
Sell Call VKOAN : krn saat jatuh tempo call berada pada posisi out-of-money (strike price $70 lebih tinggi dibanding market price $65) maka option tersebut akan hangus. Karena hangus maka saya akan memdapatkan premi call sebesar $135
Sehingga TOTAL LABA saya adalah $621 ($486 + $135) atau 10.33% ($621/$6,014)

§ Moderate.
Pada saat harga KO di level $70 maka akan terjadi sbb :
Long Stock KO : Laba $986 seperti hitungan di atas
Sell Call VKOAN : krn saat jatuh tempo call berada pada posisi at-the-money (strike price $70 sama dengan market price $70) maka option tersebut akan hangus. Karena hangus maka saya akan memdapatkan premi call sebesar $135
Sehingga TOTAL LABA saya adalah $1,121 ($986 + $135) atau 18.64% ($1,121/$6,014)

§ Optimis.
Pada saat harga KO di level $75 saya DIPAKSA untuk menjual saham saya di level $70 karena sell call saya di exercised dan saya harus menyerahkan saham KO sebanyak 100 lembar kepada call holder. Sehingga keuntungan saya adalah sama seperti scenario Moderate.
Long Stock KO : Laba $986
Sell Call VKOAN : krn saat jatuh tempo call berada pada posisi in-the-money (strike price $70 lebih rendah dibanding market price $75) maka holder call akan meng exercise call nya dan saya harus menjual saham KO saya di level strike price $70. Namun demikian saya masih memperoleh premi call sebesar $135
Sehingga TOTAL LABA saya adalah $1,121 ($986 + $135) atau 18.64% ($1,121/$6,014).
Note : dalam kondisi ini saya memiliki opportunity loss terhadap saham saya sebesar $500 (($75-$70)*100) karena seharusnya saya bisa menjual saham KO saya diharga $75, namun karena sell call saya di exercise terpaksa saya menjual nya di harga $70.

Dari trading plan diatas dapat saya rangkum target return yang saya harapkan sebagai berikut :


Long Stock Only Long Stock + Sell Call
Pesimis : 8.08% 10.33%
Moderate : 16.40% 18.64%
Optimis : 24.71% 18.64%

Jika dilihat untuk yang scenario optimis strategy long stock + sell call menghasilkan return yg lebih kecil. Memang benar demikian. Dan karenanya saya justru menggunakan sell call. Alasan saya sederhana : saat ini market sedang bearish. Maka saya melihat probability terbesar yang akan terjadi adalah scenario Pesimis atau Moderate. Sehingga jika scenario itu yang terjadi, return akan lebih besar jika saya menggabungkan long stock dengan sell call dibanding hanya melakukan long stock. Jika besok besok market bullish, maka strategy saya akan berbeda.

Lalu bagaimana kalau dalam satu tahun mendatang harga KO dibawah $60?
Jawaban sederhana, selama business prospek KO tidak berubah maka saya akan tetap hold saham tersebut. Sedangkan untuk sell call saya pada saat jatuh tempo akan hangus karena out-of-money dan saya mengantungi premi sebesar $135. Lumayan buat uang jajan.

KELEMAHAN STRATEGY INI
Setiap strategy memiliki kelemahan, tidak terkecuali strategy ini. Beberapa kelemahan yang dapat saya pikirkan adalah :
1. Strategy ini membutuhkan modal tidak sedikit karena satu kontrak opsi berisi 100 lembar saham. Sehingga untuk match antara saham dan opsi kita harus membeli saham dalam kelipatan 100 lembar. Dalam jurnal ini saya menggunakan jumlah pura puranya 100 lembar KO dan 1 kontrak VKOAN.
2. Tidak semua investor diberikan fasilitas sell call option. Saya membuka rekening Apex di TD Ameritrade sehingga memperoleh fasilitas ini.
Saat harga saham naik maka potensial return kita terbatas. Strategy ini cocok jika kita tidak terlalu bullish terhadap underlying asset saham.
3. Meski saat kita melakukan sell call teorinya kita tidak keluar uang (malah mendapat uang), namun beberapa broker meminta maintanance margin sebesar 30%-50% dari premi. Jika maintanance ini diperhitungkan, tentunya return yang diperoleh sedikit berkurang.

PENUTUP
Sell call VKOAN saya akan jatuh tempo pada January 16, 2009. Pada tanggal tersebut saya akan melakukan evaluasi apakah strategy ini berrjalan sesuai scenario saya. Saya telah memberi tanda pada iCal MacBook saya dan saya akan mem posting hasil strategy saya ini pada tanggal tersebut.

Semoga jurnal ini bermanfaat.

Salam Sejahtera … Danny Eugene

Monday, March 17, 2008

Bermimpi Jadi Bernanke (BJB)

The Following Takes Place Between 9 p.m to 10 p.m

Waktu baru saja menunjukan jam 9 malam saat hp saya berdering. Ternyata dari salah satu media yang hendak mewawancarai saya tentang kemungkinan rencana the Federal Reserve menurunkan suku bunga pada FOMC meeting besok.

Namun dengan berat hati saya menolak memberikan komentar karena saya bukan lah Ben Bernanke dan merasa tidak memiliki kompetensi untuk berkomentar. La wong mikirin IHSG aja sudah bingung, ini malah disuruh mikir the Fed. Akan tetapi sang wartawati tidak mau menyerah.

“Tolang dah Pa Danny kasih komentar. Kita sudah mau naik cetak tapi saya belum dapat tanggapan dari analis nih. Dulu waktu di Valbury Pa Danny rajin memberikan komentar, kok sekarang jadi pelit sih”

Karena merasa tidak enak akhirnya saya memberikan komentar “Saya rasa hasil the Fed besok ya kalau suku bunga tidak turun ya berarti tetap”

Jawaban yang aneh pikir si wartawati. Namun karena sudah terdesak deadline, komentar saya yang tidak berbobot itu naik cetak juga.

Namun malamnya saat hendak tidur saya merasa sangat bersalah karena sudah memberikan jawaban yang ngaco. Akhirnya saat tertidur saya bermimpi menjadi Ben Bernanke.


The Following Takes Place Between 10 p.m to 5 a.m

Saat ini saya sedang berada di sebuah ruangan dibantu dua orang penasihat saya. Saya sangat bingung menghadapi FOMC besok. Apa yang harus saya lakukan? Menurunkan atau kah membiarkan the Fed fund tetap pada level saat ini di 3%.

Karena bingung saya mengundang dua orang penasihat saya. Mereka dulu nya adalah mahasiswa saya yang paling pintar selama saya mengajar di Progam Pasca Sarjana Universitas Bina Nusantara. Untuk menjaga kerahasiaan identitas mereka, saya akan menyebut mereka dengan inisial BH dan EH (bagi yang bertanya tanya siapakah mereka, saya dapat pastikan BH bukanlah Budi Hartanto dan EH bukanlah Elisa Huang).

“Bud, gimana nih besok? Saya harus turunin atau membiarkan suku bunga nih?”

“Saya rasa Mr. Chairman, anda harus menurunkan suku bunga karena teman teman kita di Wall Street mengharapkan anda menurunkan antara 100 bps hingga 200 bps. Jika ini tidak diikuti maka DJIA bisa terjun bebas.”

“Maaf Mr. Chairman, saya tidak setuju dengan Pa Budi,” sanggah Bu Elisa “Menurut saya sangat rawan untuk menurunkan suku bunga saat ini karena adanya ancaman inflasi. Harga minyak dalam satu tahun terakhir telah naik 81% dari $58/barrel menjadi $105/barrel.”

“Ya memang benar apa yang Bu Elisa katakan,” Pa Budi memotong pembicaraan “Justru itu kita harus menurunkan suku bunga. Dengan naiknya harga minyak maka biaya hidup akan naik. Untuk mengurangkan beban konsumer justru kita harus menurunkan suku bunga sehingga mereka dapat spending lebih banyak.”

“Benar juga,” saya menanggapi “Bu Elisa, semisal daya beli berkurang akibat inflasi bukankah kita harus meringankannya dengan menurunkan suku bunga?”

“Bisa ya bisa tidak Mr. Chairman. Justru dengan tingkat bunga tinggi akan mengurangi spending masyarakat yang pada akhirnya dapat mengerem tingkat inflasi.”

“Analisa yang ngaco” kembali Pa Budi menyanggah “Hal itu bisa terjadi jika inflasi disebabkan oleh demand pull (red : entah apapun artinya ini). Namun inflasi saat ini disebabkan oleh cost push sehingga mengerem spending dengan mempertahankan tingkat suku bunga tidak akan bermanfaat. Justru dengan turunnya suku bunga ekspektasi konsumen akan membaik dan ini akan menggairahkan Wall Street.”

“With all due respect sir,” kali ini Bu Elisa yang menyanggah “Your main job here is to handle inflation NOT to entertain Wall Street. Wall Street hanya sebagian dari perekonomian. Ada tanggung jawab yang lebih besar yang menyangkut keseluruhan industry. And in my opinion sir, keeping the fed rate high is the only way to serve that purpose.”

“Semisal anda menurunkan suku bunga” sambung Bu Elisa “Hal ini akan menyebabkan nilai tukar dollar kita melemah dibanding mata uang negara lain, terutama Yen Jepang dan Euro. Jika hal ini terjadi, investor akan mengalihkan dana nya ke komoditas seperti emas dan minyak. Akhirnya minyak akan naik lebih tinggi lagi, inflasi ikut terdongkrang. Inflasi naik masyarakat tambah takut. Akhirnya mereka menarik dananya dari pasa modal dan membeli emas serta minyak dan mengurangi spending mereka. Ini akan bertambah buruk Mr. Chairman.”

“Hhmmm … anda benar Bu Elisa. Ini akan menjadi lingkaran setan. Pa Budi, bagaimana tanggapan anda?”

“Saya setuju dengan pendapat itu, namun saat ini sangat krusial menyelamatkan investasi masyarakat kita yang ditanamkan di bursa saham. Sejak October tahun lalu DJIA telah terkoreksi 15% lebih, itu berarti uang masyarakat Amerika yang ditanamkan di bursa saham telah berkurang 15%. Uang pensiun para baby boomer menyusut 15%. Dan ingat Mr. Chairman, anda terpilih karena dukungan mereka. Tentunya anda tidak mau membuat pendukung anda marah.”

“Oh stop that crab Bud. This is economic not politic” sergah Bu Elisa dengan muka memerah.

“Oh really? Tell that to those voters, will you!”

“Oke oke stop. I agree with Elisa. Let’s keep this on economic. Do we understand each other?”

“Yes Mr. Chairman” jawab Bu Elisa dan Pa Budi bersamaan.

“Oke Budi, you first. Please give me your assessment if we cut the rate.”

“Thank you Mr. Chairman. Saat kita menurunkan suku bunga sesuai dengan ekspektasi market, kita akan memberikan KESAN bahwa kita serius menyelamatkan pasar modal. Ini yang diperlukan market sebenarnya. Persepsi bahwa kita serius memperhatikan Wall Street. Jika ini dilakukan bursa akan rebound, ketakutan masyarakat lenyap. Mereka akan optimis akan masa depan. Akibatnya mereka akan berani meningkatkan spending mereka. Saat spending naik, maka roda ekonomi mulai bergerak. Perusahaan akan mulai mempekerjakan para pengangguran. Disposible income akan naik, akhirnya memberikan sinyal positif bahwa resesi berakhir. Yang terpenting adalah persepsi sir.”

“Your turn Elisa. Give me your assessment if we don’t cut the rate.”

“Thank you sir. Saya melihat apa yang terjadi di Wall Street akibat masalah sub-prime morgate serta high oil cost. Banyak warga kita yang membeli rumah dengan kredit saat ini dihadapi dengan kenyataan nilai asset rumah mereka menyusut dan mereka kesulitan membayar cicilan. Jika dibiarkan rumah mereka bisa disita. Selain itu tingginya harga minyak menyebabkan biaya hidup naik. Kombinasi atas kedua hal ini menyebabkan masyarakat mengurangi spending mereka. Pengurangan ini mengakibatkan GDP turun dan bisa mengarah ke resesi.”

“Sedangkan untuk kenaikan harga minyak, saya pribadi melihat akibat ulah para spekulan dan investor yang mengalihkan investasi mereka dari saham ke emas dan minyak. Pengalihan ini disebabkan oleh ketakutan atas resesi serta melemahnya nilai tukar dollar Amerika. Akibatnya mereka mencari alternatif investasi.”

“Jadi Mr. Chairman,” lanjut Bu Elisa “Saya melihat menurunkan suku bunga bukanlah solusi yang tepat. Ibarat orang demam karena radang tenggorokan tapi hanya diobati dengan paracetamol. Demam nya memang turun, tapi radang tenggorokannya tidak diobati. Paracetamol hanya mengobati gejala namun penyakit intinya tidak diobati.”

“Jadi Elisa,” saya menegaskan “Anda tidak merekomendasikan penurunan suku bunga sebagai solusi.”

“That’s right Mr. Chairman.”

“Tolong elaborate lebih jauh assessment anda tentang melemahnya nilai tukar dollar sehingga investor beralih ke emas dan minyak.”

“Yes sir Mr. Chairman. Keputusan kita melakukan invasi ke Irak menyebabkan anggaran kita mengalami defisit yang sangat besar, bahkan mungkin salah satu defisit terbesar dalam sejarah Amerika. Akibatnya para investor pesimis dengan dollar Amerika dan banyak negara mulai mengalihkan cadangan devisa mereka dari dollar ke euro. Jadi menurut saya …”

“Oh c’mon” potong Pa Budi “Bukannya kita telah sepakat menjauhi politik dalam analisa kita ini. Saya tau anda salah satu yang menentang tindakan militer kita membebaskan Irak, dan bukan invasi, Bu Elisa. Namun dalam ….”

“Bud … let her finish” saya memotong “Your turn will come”

“Thank you Mr. Chairman” Bu Elisa berseri karena merasa di dukung “Saya tetap yakin dengan mempertahankan suku bunga pada tingkat ini akan mampu membuat anda mengendalikan tingkat inflasi. Jika anda menurunkan suku bunga belum tentu Wall Street akan pulih karena masalahnya adalah ketakutan sub-prime mortgage. Sumber permasalahan Wall Street lebih dalam dari itu. Penurunan suku bunga hanya memberikan tingkat pemulihan Wall Street 50:50. Sedangkan jika anda membiarkan suku bunga tetap, anda berarti sangat memperhatikan tingkat inflasi. Dan ini, if I may to remind you sir, ini adalah tugas utama anda sebagai Chairman the Federal Reserve.”

“Tidak ada orang yang akan menyalahkan anda jika anda tidak menurunkan suku bunga dan Wall Street kembali jatuh” lanjut Bu Elisa “Karena ini bukanlah tugas utama anda. Namun anda akan dianggap unsubordinate jika tidak mengendalikan inflasi dengan mempertahankan suku bunga karena ini adalah tugas utama anda.”

“Terima kasih Elisa. Giliran anda Budi.”

“Once again sir, with all due respect, perception is everything. People around the world look on our DJIA to measure our economic condition. This is how the global investment works whether you like it or not. If DJIA rebound, people get confidence. If they’re confidence then they are happy. If they are happy, money will flow to United States. Then we’ll correct our deficit.”

“Thank you both of you. Now will you excuse me, I need sometime alone to think”

Setelah mereka keluar ruangan saya kembali bingung. Di satu sisi saya tertekan untuk menurunkan suku bunga sesuai harapan Wall Street. Namun jika langkah ini saya ambil tidak ada jaminan Wall Street akan pulih. Malah inflasi bisa tidak terkendali dan saya dianggap gagal melakukan tugas utama.

Di sisi lain jika saya tidak menurunkan suku bunga, kemungkinan besar investor akan panik dan Wall Street collapse. Namun inflasi kemungkinan besar bisa saya kendalikan, yang mana ini adalah tugas utama saya.

Di tangan kiri menyelamatkan Wall Street, di tangan kanan mengendalikan inflasi. Duh bingung.

Di tengah kebingunan itu saya mendengar alarm hp saya berbunyi sehingga saya terbangun.


The Following Takes Place Between 5 a.m to 6 a.m

Saat terbangun saya lega ternyata saya bukan Bernanke yang harus membuat keputusan sulit. Namun tetap saya tidak dapat menghilangkan rasa bersalah saya telah memberikan jawaban yang ngaco kepada wartawati itu kemarin.

Mungkin sebagai tebusan rasa bersalah saya maka saya akan menceritakan mimpi saya menjadi Bernanke ini dengan harapan dia dapat memahami mengapa kemarin saya tidak memberikan jawaban yang benar. Karena saya bingung; la wong Bernanke saja yang merupakan Chairman the Federal Reserve bingung … apalagi saya yang cuma mantan head of research.


Note : this article is widely inspired by the life of David Palmer, the greatest president in the US history ….. Previously on 24.

(Artikel ini ditulis pada 17 Maret 2008)

Friday, March 14, 2008

A Reason, a Season, or a Lifetime

People come into your life for a reason, a season, or
a lifetime. When you figure out which one it is, you
will know what to do for each person.

When someone is in your life for a REASON . . . It is
usually to meet a need you have expressed. They have
come to assist you through a difficulty, to provide you
with guidance and support, to aid you physically,
emotionally, or spiritually. They may seem like a
godsend, and they are! They are there for the reason
you need them to be.

Then, without any wrong doing on your part, or at an
inconvenient time, this person will say or do something
to bring the relationship to an end.

Sometimes they die.
Sometimes they walk away.
Sometimes they act up and force you to take a stand.

What we must realise is that our need has been met, our
desire fulfilled, their work is done. The prayer you
sent up has been answered. And now it is time to move on.

When people come into your life for a SEASON . . .
Because your turn has come to share, grow, or learn.
They bring you an experience of peace, or make you laugh.
They may teach you something you have never done.
They usually give you an unbelievable amount
of joy. Believe it! It is real! But, only for a season.

LIFETIME relationships teach you lifetime lessons; things
you must build upon in order to have a solid emotional
foundation. Your job is to accept the lesson, love the
person, and put what you have learned to use in all
other relationships and areas of your life. It is said
that love is blind but friendship is clairvoyant.

Author Unknown

Source : http://www.yuni.com/library/docs/631.html