Wednesday, March 26, 2008

Habis Buntung Terbitlah Untung : Prediksi Reksadana 2006

(Ditulis tanggal 21 November 2005)

Tren Suku Bunga

Bagi perbankan dan pelaku pasar uang hari rabu adalah hari yang selalu ditunggu tunggu karena pada hari tersebut Bank Indonesia melakukan lelang Sertifikat Bank Indonesia. Selain menyerap dana yang ada di pasar melalui lelang SBI ini Bank Indonesia juga menetapkan tingkat suku bunga SBI, yang menjadi patokan tingkat suku bunga pasar. Bahkan dalam beberapa literature tingkat suku bunga SBI ini dijadikan patokan bagi penentuan risk-free return di Indonesia (meski saat ini sudah ada BI Rate).Dan seperti biasa, hari rabu tanggal 16 Nopember 2005 kembali Bank Indonesia melakukan lelang SBI yang berhasil menyerap dana sekitar Rp 21,58 triliun. Tingkat suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan ditetapkan sebesar 12,25%, sama seperti minggu sebelumnya. Sedangkan untuk tingkat suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan ditetapkan sebesar 12,69%, naik 60 basis poin dibanding minggu sebelumnya.

Ada hal yang menarik jika kita memperhatikan hasil lelang SBI ini. Menjelang akhir tahun 2005 ini terdapat tren kenaikan suku bunga SBI 1 bulan dari level 7,42% pada awal tahun hingga saat ini telah menyentuh level 12,25%, atau naik tajam sebanyak 483 basis poin. Sedangkan untuk SBI 3 bulan telah mengalami kenaikan sebesar 539 basis poin dari level 7,30% ke level 12,69%
Sedangkan untuk BI Rate sendiri Bank Indonesia telah menaikan sebesar 125 basis poin ke level 12,25% sebagai antisipasi tingkat inflasi akibat kenaikan harga BBM serta kenaikan harga secara umum menjelang sejumlah hari raya hingga akhir tahun ini.

Dan tren kenaikan suku bunga ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga telah menjadi tren global. Amerika Serikat melalui The Fed telah menaikan suku bunganya ke level 4%. Selain itu, China juga yang selama ini konservatif dalam penetapan tingkat suku bunga, telah menaikan tingkat suku bunganya dalam 9 tahun terakhir untuk meredam memanasnya perekonomiannya.

Bahkan beberapa analis memprediksikan The Fed akan kembali menaikan tingkat suku bunganya pada pertemuan yang akan diadakan pada tanggal 13 Desember mendatang. Diperkirakan pada semester pertama tahun depan tingkat suku bunga The Fed akan mencapai 4,5%.

Dampak Terhadap Reksadana

Tren kenaikan suku bunga ini ternyata memiliki dampak terhadap reksadana. Reksadana adalah sebuah instrument investasi dengan mekanisme mengumpulkan modal dari sejumlah investor untuk diinvestasikan di instrument investasi. Reksadana ini dikelola oleh sebuah manajer investasi.Nilai dari sebuah reksadana biasanya dibuat dalam bentuk unit yang disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB). Setiap hari NAB ini dikalkulasi berdasarkan return dari investasi. Jika investasi mengalami keuntungan (kerugian) maka NAB dari reksadana akan mengalami kenaikan (penurunan).Dari jenisnya, reksadana dapat digolongkan menjadi empat golongan besar, yaitu reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana campuran.

Reksadana pasar uang adalah reksadana dimana investasi terbesar (80%) dilakukan pada instrument pasar uang seperti deposito, SBI dan surat hutang jangka pendek (kurang dari 1 tahun).

Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana dimana investasi tersebesar (80%) dilakukan pada instrument investasi yang memberikan return tetap seperti obligasi jangka panjang, terutama pada Surat Utang Negara (SUN).

Reksadana saham adalah reksadana dimana investasi terbesar (80%) dilakukan pada saham, terutama pada saham saham blue chip.

Dan terakhir reksadana campuran adalah reksadana dimana investasi dilakukan umumnya pada saham dan instrumen pendapatan tetap dengan porsi seimbang, serta ditambah instrumen pasar uang meski dalam porsi kecil.

Lalu bagaimana dampak tren kenaikan suku bunga ini terhadap reksadana? Dampak yang paling terasa adalah terhadap reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap. Sedangkan untuk dua jenis reksadana lainnya dampaknya dapat terjadi tetapi tidak langsung.

Pertama, kenaikan suku bunga ini akan berdampak positif terhadap reksadana pasar uang. Seperti yang telah dibahas, return reksadana pasar uang berasal dari return investasinya pada instrumen pasar uang seperti SBI, dan deposito. Kenaikan suku bunga SBI tentunya akan meningkatkan return dalam bentuk bunga (baik itu SBI maupun deposito). Sehingga NAB reksadana pasar uang akan mengalami peningkatan.

Kedua, kenaikan suku bunga dapat berdampak negatif terhadap reksadana pendapatan tetap. Salah satu instrumen investasi terbesar dalam reksadana jenis ini adalah dalam obligasi. Return yang diperoleh ada dua yaitu kupon/bunga obligasi serta market value obligasi tersebut.Dalam teori keuangan, market value dari obligasi adalah berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga naik (turun) maka nilai pasar dari obligasi akan turun (naik). Oleh sebab itu, tren kenaikan suku bunga ini akan membuat market value obligasi turun, sehingga return yang diperoleh reksadana pendapatan tetap akanberkurang. Atau dalam bahasa pasarnya NAB reksadana jenis ini akan negatif.Namun di sisi lain, perlu diperhatikan bahwa return dalam bentuk kupon akan mengalami kenaikan, sejauh jenis obligasinya adalah variable rate, yang mengikuti pergerakan tingkat bunga. Namun jika jenis obligasi adalah fixed rate, maka kenaikan suku bunga tidak akan berdampak apa apa terhadap coupon return.Oleh sebab itu, dalam membahas dampak tren kenaikan suku bunga terhadap reksadana pendapatan tetap perlu hati hati. Maka didepan dikatakan kenaikan suku bunga "dapat" (bukan pasti) berdampak negative terhadap NAB reksadana pendapatan tetap.

Ketiga, tren kenaikan suku bunga, secara tidak langsung, juga dapat berdampak negatif terhadap reksadana saham. Logikanya, kenaikan suku bunga akan membuat investor lebih tertarik untuk investasi di pasar uang daripada pasar modal. Akibatnya, mereka menarik dananya dari pasar modal masuk ke pasar uang. Penarikan dana ini dapat menyebabkan tekanan jual terhadap saham, yang akibatnya harga saham akan turun.Turunnya harga saham inilah yang dapat menyebabkan NAB reksadana saham mengalami penurunan. Namun hal ini baru terjadi jika asumsi penarikan dana dari pasar modal ke pasar uang benar benar terjadi. Sehingga dikatakan dampak kenaikan suku bunga terhadap reksadana saham adalah tidak langsung.

Terakhir, pengaruh kenaikan suku bunga ini terhadap reksadana campuran dapat dikatakan tergantung dari komposisi investasi dalam reksadana tersebut. Biasanya reksadana campuran ini melakukan investasi pada instrumen saham, pendapatan tetap dan pasar uang.

Dari sini instrument investasi yang memiliki komposisi terbesar akan mempengaruhi NAB dari reksadana jenis ini. Misalnya jika sebagian besar berada pada instrumen pendapatan tetap, maka kemungkinan besar reksadana ini akan stagnan atau negatif. Namun jika pasar uang merupakan komponen terbesar, kemungkinan besar NAB nya akan positif.Ramalan ke Depan
Jika kita menilik ke belakang, maka kita dapat melihat pertumbuhan return reksadana pendapatan tetap pada tahun 1999-2001 merupakan primadona. Hal ini disebabkan booming obligasi rekap.Memasuki tahun 2002 hingga 2004 saat ini reksadana saham yang menjadi primadona. Hal ini tidak lepas dari bergairahnya bursa saham setelah terpuruk akibat krisis. Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang sempat anjlok ke level 400 saat ini sudah meroket menembus level psikologis 1000.Lalu bagaimana prospek reksadana untuk tahun 2006? Reksadana manakah yang akan menjadi primadona? Dan bagaimana para investor menyikapinya?

Sebelum menjawab ketiga pertanyaan tersebut alangkah lebih baik kita melihat beberapa prediksi makro ekonomi yang akan mempengaruhi reksadana.

Prediksi pertama : Suku bunga. Penetapan suku bunga SBI 3 bulan (12,69%) yang lebih tinggi dibanding SBI 1 bulan (12,25%) secara tidak langsung menggambarkan hingga bulan Pebruari tahun Bank Indonesia mengharapkan tingkat suku bunga masih akan tinggi. Hal ini konsisten dengan kebijakan uang ketat yang dianut Bank Indonesia. Dalam laporan Outlook Perekonomian 2005-2006 Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi tahun 2006 masih akan berada di level 8%, lebih tinggi dari prediksi pemerintah di level 6,5%. Tinggi tingkat inflasi ini disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga BBM awal Oktober lalu, yang diperkirakan baru akan hilang pada semester dua tahun depan serta rencana kenaikan TDL sebesar 12%. Selain itu, tingginya harga minyak di pasar dunia serta tekanan terhadap nilai tukar rupiah menyebabkan Bank Indonesia masih menganut kebijakan uang ketat. Jika diartikan dalam bahasa sehari hari, maka tingkat suku bunga SBI dan BI Rate kemungkinan besar masih akan tinggi tahun depan, bahkan ada yang memperkirakan dapat melebihi level 14%.

Prediksi kedua : Pasar Obligasi. Seperti yang telah disinggung di atas, nilai pasar dari obligasi selalu berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Dengan kemungkinan suku bunga tahun depan masih akan naik maka kemungkinan besar nilai obligasi, terutama obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara (SUN) masih akan mengalami tekanan walau tidak sebesar tahun 2005 ini.

Prediksi ketiga : Pasar Saham. Jika kita menghitung return dari IHSG dari awal pembukaan awal tahun ini hingga awal Nopember maka return yang diperoleh investor masih negatif sekitar satu persen. Namun dengan memperhitungkan faktor window dressing akhir tahun diperkirakan return dari pasar saham ini dapat positif meski tidak dapat sebesar tahun 2004 (39%) atau bahkan 2003 (94%). Untuk tahun depan saya optimis pasar saham akan kembali bergairah, didukung oleh sejumlah emiten yang bergerak dalam industri pengolahan, perdagangan dan komunikasi.

Prediksi keempat : Munculnya Reksadana Baru. Untuk mencegah terjadinya redemption yang berlanjut dan menenangkan para investor yang telah kehilangan investasinya akibat anjlok nilai NAB sebagian besar reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap, saat ini telah dikembangkan tiga jenis reksadana baru yaitu Reksadana Terproteksi, Reksadana dan Penjaminan dan Reksadana Indeks. Tahun depan diperkirakan ketiga reksadana ini akan menjadi pilihan para investor, terutama bagi mereka yang tidak terlalu menyukai resiko.
Dengan keempat prediksi diatas, maka apa yang akan terjadi terhadap reksadana. Mari kita membedah masing masing reksadana.

Reksadana Saham (****). Underlying asset utama dari reksadana jenis ini adalah saham. Melihat prediksi pasar saham tahun depan akan lebih cerah dibanding tahun ini maka return dari reksa dana saham akan jauh lebih baik dibanding reksadana pendapatan tetap. Oleh sebab itu, reksadana pendapatan saham dapat menjadi pilihan pertama bagi para investor. Saya memberikan bintang 4 bagi reksadana jenis ini.

Reksadana Pasar Uang (***). Underlying asset utama dari reksadana pasar uang adalah deposito, instrumen SBI dan surat hutang jangka pendek. Dengan naiknya tingkat suku bunga tentunya return yang diperoleh dari underlying asset ini akan naik. Oleh sebab itu, reksadana pasar uang merupakan pilihan kedua bagi para investor. Saya memberikan bintang 3 bagi reksadana jenis ini.

Reksadana Terproteksi, Reksadana Penjaminan (***). Kedua reksadana ini muncul sebagai inovasi untuk menyelamatkan industri reksadana Indonesia akibat redemption besar besaran karena kepanikan para investor. Esensi dasar dari kedua reksadana ini adalah nilai pokok investasi para investor dijamin tidak akan hilang. Atau dengan kata lain investor akan menerima minimal sejumlah uang yang diinvestasikan (meski kemungkinan tidak mendapatkan return sama sekali). Dengan karakteristik seperti itu saya memberikan bintang 3 bagi reksadana jenis ini, terutama bagi investor yang takut akan resiko.

Reksadana Campuran (**). Underlying asset utama dari reksadana jenis ini adalah saham dan obligasi. Melihat prediksi pasar saham dan tingginya tingkat suku bunga tahun depan akan terjadi tarik menarik pada reksadana ini. Dari pasar obligasi kemungkinan akan membawa dampak negatif bagi NAB reksadana campuran, namun pasar saham akan membawa dampak positif. Namun saya yakin sisi positif dari pasar saham mampu menetralisir sisi negatif pasar obligasi. Secara rata rata return dari reksadana campuran akan diatas return reksadana pasar uang dan obligasi namun masih dibawah return reksadana saham. Oleh sebab itu, reksadana campuran dapat menjadi pilihan ketiga bagi para investor. Saya memberikan bintang 2 bagi reksadana jenis ini.

Reksadana Pendapatan Tetap (*). Underlying asset utama dari reksadana pendapatan tetap adalah obligasi jangka panjang pemerintah, atau yang biasa disebut SUN. Dengan naiknya tingkat suku bunga maka nilai pasar dari obligasi akan berdampak negatif terhadap NAB reksadana jenis ini. Oleh sebab itu, reksadana pendapatan tetap merupakan pilihan terakhir bagi para investor. Saya memberikan bintang 1 bagi reksadana jenis ini.

Kesimpulan

Meski tahun ini industri reksadana mengalami pendarahan yang cukup besar dimana NAB reksadana telah merosot sebesar 70% dibanding awal tahun ini, terutama yang dialami reksadana pendapatan tetap, namun saya optimis industri reksadana tahun depan akan lebih cerah dibanding tahun ini. Khusus untuk reksadana saham dan pasar uang saya yakin sekali return yang diperoleh akan lebih besar dibanding tahun ini.

Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para investor.

Pertama, melihat kondisi makro ekonomi Indonesia maka reksadana masih merupakan wahana investasi yang menarik. Meski return yang diperoleh tidak sebesar pasar saham namun reksadana jauh lebih baik dibanding pasar obligasi atau pun deposito.

Kedua, bagi investor yang menyukai resiko maka reksadana saham merupakan wahana investasi reksadana yang sangat tepat. Sedangkan bagi mereka yang kurang menyukai resiko maka reksadana pasar uang dapat menjadi pilihan. Dan bagi mereka yang lebih mementingkan untuk tidak kehilangan uang maka reksadana terproteksi adalah pilihan bijak.

Ketiga, apapun pilihan investasi di masa mendatang hendaknya para investor sadar bahwa setiap investasi mengandung resiko. Tidak ada satu buah investasi pun yang steril dari resiko. Oleh sebab itu sangatlah bijak jika mempelajari instrumen investasi sebelum melakukan investasi. Hindari perilaku emosional karena kegagalan berinvestasi banyak disebabkan oleh faktor emosi terutama keserakahan dan ketakutan (fear and greed).Seperti pepatah yang dikatakan oleh salah seorang pahlawan bangsa, RA Kartini, habis gelap terbitlah terang. Meski industri reksadana hancur tahun ini, namun terang keberhasilan telah menunggu di depan. Jangan takut, maju terus.

Mau berinvestasi di reksadana? Jangan lupa untuk membekali diri dengan informasi.

Selamat berinvestasi.

No comments: