Friday, January 4, 2008

The Purpose Driven Life : Bedah Buku

Alkisah ada tiga saudara kembar Hendri, Hendro dan Hendra. Suatu hari mereka melakukan cross country di sebuah hutan. Namun karena kecerobohan mereka kehilangan peta, akibatnya tiga saudara kembar tersebut tersesat. Setelah tiga jam berputar putar tibalah mereka ke sebuah gua.

Mengingat waktu telah menjelang malam, maka mereka bertiga memutuskan untuk istirahat di dalam gua tersebut. Alangkah terkejutnya mereka menemukan sebuah lampu ajaib di dalam gua tersebut. Setelah digosok munculnya jin dari dalam lampu tersebut.

“Hahaha …. Apa yang kalian inginkan? Sebutkan tiga permohonan kalian?” ujar jin lampu.

“Mas jin, kami bertiga tersesat” jawab Hendri “Karena itu tolong antar kami keluar”

“Boleh” jawab jin “Namun kalian tidak bisa pergi bersama sama karena permohonan yang dikabulkan satu per satu”

“Kalau begitu tolong antarkan saya ke pantai Anyer. Sudah lama saya ingin ke sana” jawab Hendri yang memang suka atmosfir pantai.

“Jadilah demikian” jawab jin dan dalam sekejap Hendri lenyap dan muncul di pantai Anyer.

“Kalau saya inginnya diantar ke puncak” jawab Hendro yang suka alam pegunungan.

“Jadilah demikian” jawab jin dan dalam sekejap Hendro lenyap dan muncul di puncak.

“Waduh … saya mau ke mana ya?” jawab Hendra bingung “Begini saja deh jin, tolong bawa kembali kedua saudara saya ke sini sehingga kami bisa bersama sama kembali karena saya tidak mempunyai tujuan”

“Jadilah demikian” jawab jin dan dalam sekejap Hendri dan Hendro muncul kembali di gua tersebut.

Apa makna dari cerita tersebut? Pertama, orang yang tidak memiliki tujuan (Hendra) akan merugikan dirinya sendiri. Ia bingung tentang apa yang dia ingini dalam hidup ini. Akhirnya, hidupnya tidak maksimal. Dalam kisah di atas, Hendri dan Hendro yang memiliki tujuan telah menikmati apa kesukaan mereka yaitu merasakan udara pantai dan pegunungan. Sebaliknya, Hendra yang tidak tahu apa yang ia ingini tetap saja berdiam dalam gua yang gelap dan pengap.

Kedua, orang yang tidak memiliki tujuan akan merugikan orang lain. Mereka seringkali menjadi perusak kehidupan orang lain. Dalam cerita tersebut kehidupan Hendri dan Hendro yang sudah enak justru dirusak oleh Hendra yang mengembalikan mereka ke gua gelap dan pengap.

Oleh sebab itu, memiliki tujuan dan keinginan dalam hidup ini adalah sangat penting. Hidup bukan berlalu begitu saja tanpa makna. Melainkan hidup adalah karunia yang diberikan untuk berkarya, menyumbang kemajuan bagi diri sendiri dan orang lain.

The Purpose Driven Life
Sebuah buku karangan Rick Warren yang diberi judul “The Purpose Driven Life” merupakan buku yang sangat bagus untuk dibaca bagi mereka yang tertarik untuk mencari makna dan tujuan dalam hidup ini.
Buku ini memulai halamannya dengan sebuah pertanyaan mendasar. “What on earth am I here for?” atau kalau diterjemahkan kira kira artinya “Untuk apa sih saya ada di dunia ini?”

Itu adalah pertanyaan mendasar yang paling hakiki dalam kehidupan manusia. Sebelum memulai segala sesuatu, kita harus mengerti untuk apa kita ada disini. Setelah mengerti jawabannya baru kita melangkah lebih tinggi untuk kesuksesan. Seorang mahasiswa harus tahu mengapa ia ada di kampus. Yaitu untuk menggali ilmu bagi masa depannya. Jika sang mahasiswa tidak tahu mengapa ia ada di kampus maka segala pilihan, tindakan dan sikap yang diambil tidak akan maksimal sesuai dengan keberadaannya. Jika ia berpikir ia ada di kampus untuk bersenang senang maka pendekatan yang akan diambil akan sangat berbeda jika ia dari awal mengerti bahwa keberadaannya di kampus untuk menimba ilmu.

Untuk apa kita ada di dunia ini? Untuk apa kita ada di Indonesia ini? Itulah pertanyaan hakiki yang harus kita gali secara mendalam, agar kita memperoleh mercu suar bagi segala sikap, tindakan dan keputusan yang kita ambil, agar semuanya itu membawa hasil yang positif bagi kita dan masyarakat.

Dalam buku tersebut, Rick Warren mencantumkan lima tujuan utama manusia ada di dunia. Warren mengatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dan untuk Allah (... you are born by His purpose and for His purpose – p.17). Itu menjadi fondasi utama dalam penelaahan buku The Purpose Driven Life, dan menjadi tolak ukur dari kelima tujuan yang ditulis oleh Warren.

karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi ... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia
-- Kolose 1:16



Tujuan #1 : Kita diciptakan untuk Tuhan (Planned for God’s Pleasure)

Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu semuanya itu ada dan diciptakan
-- Wahyu 4:11

Pertama tama kita harus sadar bahwa kita diciptakan oleh Tuhan dan keberadaan kita sepenuhnya untuk kemuliaan Tuhan. Tujuan hidup kita di bumi ini yang utama adalah untuk Tuhan. Oleh sebab itu, semua sikap, tindakan dan pilihan yang kita ambil di dalam dunia ini, harus membawa kemuliaan bagi Tuhan.

Salah satu hal yang paling penting yang ditekankan oleh Warren dalam tujuan pertama ini adalah sikap penyembahan kita kepada Tuhan. Penyembahan, atau worship, bukan hanya sekedar musik, menyanyi dan mengangkat tangan. Melainkan penyembahan lebih ditekankan kepada sikap hati kita kepada Tuhan. Sikap inilah yang diperhitungkan oleh Tuhan, bukan kerasnya musik atau tingginya kita mengangkat tangan.

Ada hal yang menggelitik saat Warren menyinggung mengenai musik. Disini ia katakan bahwa semua musik asalnya dari Tuhan, baik itu musik yang memiliki irama kencang atau lambat, baik itu yang bernuansa rock atau klasik. Ia mengatakan tidak ada yang namanya “musik kristen”. Nilai rohani dari sebuah lagu bukan dari musik melainkan kata kata yang terkandung di dalamnya. There’s no christian music, only christian lyrics.

Ada empat karakteristik penyembahan yang diingini oleh Tuhan. Pertama tama, obyek dari penyembahan harus lah tepat. Konsep kita atas Tuhan haruslah benar dulu. Sebab tidak mungkin penyembahan kita bisa benar jika konsep Tuhan yang kita sembah salah. Dalam Alkitab, konsep Allah yang benar adalah Allah Tritunggal. Selain benar obyek dari penyembahan kita, cara kita menyembah juga harus benar. Dalam Yohanes 4:23 dikatakan bahwa penyembah yang benar akan menyembah dalam roh dan kebenaran.

Ciri yang kedua adalah penyembahan kita haruslah sungguh sunggu dari hati yang terdalam. Sering kali kita bernyanyi di gereja tetapi hati kita tidak di sana. Atau kita berdoa tapi pikiran kita melayang layang. Bukan itu yang Tuhan ingini. Tuhan ingin kita menyembah Dia dengan segenap hati dan segenap jiwa.

Berikutnya dalam melakukan penyembahan kita harus tetap menggunakan akal sehat. Penyembahan yang kita berikan bukan hanya sekedar emosi. Kadang kadang kita terlalu asik dalam melakukan penyembahan, larut dalam melodi dan lupa apa yang kita katakan. Bukan itu, penyembahan bukan berarti kita mematikan rasio kita. Justru setiap kata yang kita ucapkan harus berasal dari hati kita dan kita sadar mengatakannya.

Terakhir, penyembahan yang diterima oleh Tuhan harus tercermin dalam kehidupan sehari hari. Menyembah Tuhan bukan hanya hari minggu di gereja saja. Tetapi setiap tindakan, perkataan dan sikap kita dari hari senin hingga ketemu senin kembali harus sejalan dengan penyembahan yang kita lakukan di gereja. Warren mengatakan sering kali kita menjadi “sunday christian.” Di hari minggu kita menyanyikan lagu “Onward Christian Soldiers” tapi di hari senin hingga sabtu kita “AWOL” (istilah militer bagi prajurit yang pergi meninggalkan tugas tanpa ijin).

Selain penyembahan, Tuhan juga menginginkan kita untuk mengasihiNya, untuk percaya kepadaNya, untuk mematuhiNya, untuk selalu mengucap syukur dan untuk kita menggunakan semua kemampuan yang telah diberikanNya kepada kita secara maksimal dalam hidup ini.

Dan yang terakhir, Tuhan ingin kita menjadi sahabatNya. Oh sungguh indah, Tuhan bukan saja pencipta kita tetapi Ia juga ingin kita menjadi sahabatNya. Bagaimana caranya? Melalui perbincangan yang hangat denganNya setiap saat dan melalui perenungan pribadi. Disini Warren bukan menggunakan istilah “doa” melainkan “perbincangan”. Mengapa? Karena jika berbicara doa konsep kita selalu mengacu pada lipat tangan dan tutup mata. Bukan itu yang dimaksud oleh Tuhan. Doa adalah bagian dari perbincangan dengan Tuhan. Tuhan rindu agar kita menyampaikan segala keluh kesah kita, pergumulan kita hingga kebahagiaan kita kepadaNya layaknya seorang anak mengungkapkan segala isi hatinya kepada orang tua nya.


Tujuan #2 : Kita diciptakan untuk bertumbuh dalam keluarga Allah/gereja (Formed for God’s Family)

demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain
-- Roma 12:5

Dalam tujuan yang kedua ini jelas bahwa Tuhan merancang manusia sebagia mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Ada dua keanggotaan yang dapat disandang oleh kita yaitu anggota masyarakat dunia (human family) dan anggota kerajaan Allah yang terwakili oleh gereja (God’s family).

Menurut Warren, gereja adalah suatu wadah komunitas dimana setiap dari kita dapat saling bertumbuh, menguatkan ke arah kesempurnaan Kristus. Melalui gereja kita dapat saling berbagi. Dan salah satu ciri utama dari persekutuan ini adalah kasih. Kasih inilah yang akan menyatukan setiap anak Tuhan dan menjadi perekat dari persekutuan dalam gereja.

Salah satu ciri dari keanggotan kita dalam gereja adalah melalui baptisan. Melalui baptisan kita memproklamasikan kepada dunia bahwa kita adalah anggota dari kerajaan Allah, anggota dari gereja. Hal yang menarik dalam buku ini adalah penegasan Warren atas fungsi dari baptisan. Menurutnya baptisan tidak menjadikan kita sebagai anggota kerajaan Allah, melainkan baptisan hanyalah tanda bahwa kita merupakan anggota dari kerajaan Allah/gereja. Baptisan lebih merupakan tanda yang kita gunakan untuk menunjukkan identitas kita sebagai orang yang telah ditebus oleh Kristus.
Mungkin kita bertanya mengapa harus gereja? Apa gunanya gereja? Warren mendaftarkan paling sedikit enam alasan kita membutuhkan gereja.

Pertama, keanggotaan kepada sebuah gereja, dan turut aktif di dalamnya, merupakan salah satu tanda yang dapat dilihat bahwa kita adalah pengikut Kristus.

Kedua, persekutuan yang akrab dalam gereja dapat membantu kita untuk melepaskan sikap mementingkan diri sendiri. Di dalam gereja ini kita dapat belajar untuk saling melayani.

Ketiga, gereja merupakan sarana kita untuk melatih “otot otot rohani” kita. Sama seperti kita perlu berolah raga untuk mengembangkan otot fisik kita, demikian pula gereja merupakan sarana latihan yang tepat untuk kita berakar dan bertumbuh dalam Kristus.

Keempat, selain kita membutuhkan gereja, ternyata gereja juga membutuhkan kita. Melalui pelayanan yang kita lakukan maka kita bersama sama umat Tuhan yang lain saling bertumbuh, menopang satu sama lain.

Kelima, saat sebelum terangkat ke surga Yesus pernah memberikan tugas misi untuk mengabarkan injil keselamatan ke seluruh dunia. Gereja merupakan sarana yang tepat bagi kita untuk melaksanakan misi tersebut.

Dan terakhir, melalui persekutuan dengan teman teman seiman dalam gereja, kita dapat melatih iman kita agar terhindar dari kemunduran rohani. Melalui kotbah, pembinaan, persekutuan kita dapat saling menjaga untuk terus tetap teguh dalam iman.

Namun untuk membuat suatu persekutuan yang kuat tidaklah mudah. Untuk membuat persekutuan yang saling membangun dan menolong, saling berbagi dan menguatkan butuh kepercayaan yang mendalam. Untuk itu diperlukan kejujuran, sikap win win solution, simpati dan saling memaafkan. Juga para anggota dalam suatu persekutuan gereja tidak boleh mementingkan diri sendiri, menghargai perbedaan , mampu menjaga rahasia dan menghindari gosip serta mempunyai komitmen satu sama lain untuk saling bertemu.

Kadang kala, meski kita telah berusaha semaksimal mungkin, tetap saja terjadi perpecahan di dalam atau antar gereja. Sejarah telah membuktikan hal ini. Oleh sebab itu, Rick Warren memberikan sejumlah tips menjaga gereja dari kehancuran..

Pertama, dalam hidup bergereja hendaknya kita menekankan faktor kesamaan dibanding perbedaan. Daripada mempersoalkan jenis musik yang tepat untuk “musik rohani” alangkah lebih baik kita memfokuskan diri kepada pemikiran bahwa kita semua adalah satu tubuh dalam Kristus, yang memiliki satu tujuan, satu iman dan satu pengharapan.

Kedua, hiduplah realistis. Gereja terdiri dari orang orang yang belum sempurna. Kita semua masih terus dibentuk oleh Kristus menuju kesempurnaan yang hanya tercapai saat kita berada di sorga. Oleh sebab itu, kadang kala terjadi perbedaan harapan antara apa yang ideal dan apa yang riil. Kita perlu sadar bahwa tidak ada gereja yang sempurna di dunia ini.

Ketiga, tumbuhkan sikap untuk saling memberi semangat. Kadang kala, kita lebih sering memberikan kritik dibanding semangat. Mungkin kita bilang tim tamunya kurang senyum, pendetanya membosankan, para majelis biang gosip. Memang mudah mengkritik. Jika kita memang melihat ada hal hal yang kurang baik, jadilah orang yang memberikan masukan positif, bukan mengkritik. Biasakan jadilah pemberi solusi bukan sumber masalah.

Keempat, jika memang terjadi konflik, selesaikan konflik tersebut melalui cara yang Yesus ajarkan. Matius 18:15-17 memberikan solusi bagi penyelesaian konflik dalam gereja.

Dan terakhir, dukunglah hamba Tuhan di gereja kita. Mereka kadang kala bukanlah seorang pemimpin yang kita idamkan. Hal ini wajar karena hamba Tuhan pun adalah manusia biasa yang penuh kelemahan. Namun demikian, ia adalah orang yang ditempatkan Tuhan untuk menggembalakan dombaNya. Oleh sebab itu, kita perlu mendukung mereka.


Tujuan #3 : Kita diciptakan untuk menyerupai Kristus (Created to become like Jesus)

Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara
-- Roma 8:29

Menyerupai Allah adalah tujuan kita diciptakan. Saat penciptaan Tuhan menyatakan bahwa Ia menciptakan manusia sesuatu gambar dan rupa Nya. Namun kejatuhan manusia ke dalam dosa telah menyebabkan gambar dan rupa Allah dalam diri kita rusak dan hancur.

Namun puji Tuhan kedatangan Yesus ke dunia ini telah mengembalikan gambar dan rupa Allh yang telah rusak tersebut. Oleh sebab itu melalui kelahiran baru kita disempurnankan menjadi segambar dan serupa Kristus yang adalah Allah.

Proses penyerupaan ini bukanlah sekali jadi, melainkan sebuah proses terus menerus dimana hasil akhir baru diperoleh saat kedatangan Kristus kedua kali dan kita diangkat sebagai mempelai wanita. Disinilah proses penyerupaan ini berakhir.

Karenanya, dalam proses penyerupaan ini kita harus memberikan diri kita dibimbing hari demi hari oleh Roh Kudus. Selain itu, Tuhan juga memberikan Alkitab sebagai buku pedoman bagi kita untuk terus disempurnakan menyerupai AnakNya.

Saat kita pertama kali menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat diibaratkan kita seperti bayi yang baru lahir. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kita harus bertumbuh menjadi orang Kristen yang kuat, mandiri dan teguh berdiri. Kita tidak bisa selamanya menjadi bayi.

Untuk menjadi dewasa, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Bertumbuh ke arah kedewasaan rohani bukanlah hal yang mudah. Pertama tama kita harus merubah pola pikir dan hati kita menjadi serupa dengan pola pikir dan hati Kristus. Amsal 4:23 menyatakan bahwa kita harus menjaga hati kita karena dari sana terpancar nilai dari kehidupan kita.

Setelah merubah pola pikir kita, langkah berikutnya adalah kita harus merubah kebiasaan kebiasaan kita yang bertentangan dengan pola kehidupan Kristus. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk terus membaca dan merenungkan Alkitab untuk dapat mengerti pola hidup Kristus, sehingga makin hari kita makin diubahkan menyerupai Kristus dengan bantuan Roh Kudus.

Untuk merubah pola pikir dan kebiasaan kita, Tuhan sedikitnya menggunakan dua sarana yaitu FirmanNya dan kesulitan dalam hidup kita.

Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab adalah Kebenaran Allah. Oleh sebab itu, kita pertama tama harus mengakui otoritas Alkitab. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, kita harus menyelaraskan dengan Kebenaran Allah ini. Namun bukan itu saja, kebenaran ini harus kita terapkan dalam kehidupan kita. Untuk itu kita perlu membaca, memahami, menghafalkan dan menerapkan semua kebenaran Alkitab.

Cara kedua yang digunakan oleh Tuhan untuk merubah kita semakin menyerupai Kristus adalah melalui kehidupan sehari hari yang kita jalani berikut kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan ini ibarat ujian yang diberikan untuk kita lebih dewasa. Oleh sebab itu kapan pun kita menjumpai kesulitan dalam hidup kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah seijin Allah dan untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Untuk itu kita tidak boleh menyerah, bahkan harus terus mengucap syukur. Karena kita tahu bahwa rancangan yang Allah miliki untuk kita adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan. Lebih dari itu, Tuhan telah menjanjikan kita akan menjadi “kepala” dan bukan “ekor”.

Kadang kala dalam kehidupan kita sering mengalami pencobaan. Dan tidak jarang kita jatuh dalam pencobaan. Dalam buku ini Rick Warren memberikan tips untuk mengalahkan pencobaan.

Untuk menang atas pencobaan pertama tama kita harus mengenali trik si Iblis. Dengan mengetahui cara Iblis membuat kita jatuh dalam pencobaan, maka kita dapat mengalahkannya dengan bantuan Tuhan tentunya.

Beberapa pola yang sering dipakai oleh Iblis (juga dipakai terhadap Hawa) ada empat. Pertama, Iblis biasanya menumbuhkan “keinginan” untuk berbuat dosa. Misalnya saat membuka internet Iblis menumbuhkan keinginan untuk surfing ke situs porno. Setelah keinginan ini timbul, Iblis mencoba meyakinkan bahwa apa yang kita lakukan bukanlah dosa. Dan langkah terakhir (sebenarnya bukan Iblis yang melakukan) adalah saat kita melakukan dosa tersebut.

Namun jangan takut, kita sebagai anak anak Allah telah diperlengkapi dengan senjata untuk mengalahkan Iblis dengan segala tipu dayanya. Langkah pertama yang kita ambil saat kita dicobai adalah menolak untuk jatuh dalam pencobaan. Tanamkan ini dalam hati terus menerus. Katakan “tidak” kepada Iblis. Tengking dia nama Yesu. Mintalah bantuan Tuhan untuk memperoleh kemenangan. Yakobus 4:7 berkata “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu”.

Yusuf saat dicobai oleh istri Potifar mengambil langkah yang tepat dengan cara kabur. Karenanya, saat kita dicobai alihkan fokus pikiran kita ke arah lain yang positif. Mendekatlah kepada Tuhan karena dalam Dia, dan hanya di dalam Dia, ada kemenangan.

Jika semua ini telah kita lakukan, jangan lupa bahwa penyerupaan dengan Kristus ini adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, kita harus sabar untuk tetap bertumbuh. Sama seperti bayi yang membutuhkan waktu lama untuk menjadi seorang dewasa yang kuat, demikian pula kita memerlukan waktu untuk menjadi serupa dengan Kristus.


Tujuan #4 : Kita diciptakan untuk melayani Allah (Shaped for serving God)

Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.”
-- 1 Korintus 3:5

Tuhan menciptakan manusia untuk berkontribusi di dunia ini. Manusia diciptakan bukan hanya untuk menggunakan sumber alam yang ada, melainkan untuk memberikan nilai tambah bagi dunia dan kehidupan.

Lebih daripada itu, manusia diciptakan untuk melayani Tuhan. Nilai dari kehidupan kita bukan dilihat dari berapa lama kita hidup (duration) melainkan dari berapa banyak yang kita berikan (donation).

Namun demikian, Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat baik dan adil. Manusia tidak dibiarkan begitu saja dalam kehidupan ini. Dalam melayaniNya dan memberikan kontribusi dalam kehidupan, Tuhan telah memberikan “bekal” kemampuan bagi kita untuk melaksanakan tugas kita.

Rick Warren menyingkat talenta yang diberikan Tuhan ini sebagai S-H-A-P-E. Apa itu S-H-A-P-E?
S – Spiritual gifts
H – Heart
A – Abilities
P – Personality
E – Experience

Spiritual Gifts. Spiritual gifts ini merupakan talenta yang diberikan terutama untuk melayani dalam pengembangan berjemaat. Dalam tujuan kedua dikatakan bahwa kita diciptakan untuk bertumbuh dalam gereja, dan spiritual gifts ini merupakan pemberian Allah yang memampukan kita untuk bertumbuh saling menguatkan.

Heart. Tuhan memberikan kita hati sebagai sarana bagi kita untuk memiliki harapan, keinginan, dan impian. Hati menggambarkan keadaan diri kita. Ia mengungkapkan kehendak kita. Oleh sebab itu, kita harus menggunakan hati kita untuk memotivasi diri bagi melayani Tuhan. Jangan gunakan hati kita untuk hal hal yang buruk.

Abilities. Ini merupakan kemampuan yang Tuhan berikan bagi setiap manusia dan masing masing memiliki kemampuan yang berbeda. Ada yang memiliki kemampuan dalam hal musik, angka angka, olah raga dan lainnya. Setiap manusia diciptakan dengan kemampuan masing masing. Untuk itu, gunakan kemampuan kita bagi kemuliaan Allah. Jika jago dalam hal bermusik, ciptakan lah lagu yang agung bagi Allah. Jika berbakat dalam arsitektur, dirikanlah gereja yang megah.

Personality. Manusia diciptakan unik satu dengan yang lainnya. Bukan saja keahlian yang dimilikinya unik, tapi juga kepribadiannya. Ada orang yang bersifat introvert dan ada yang ekstrovert. Ada yang sanguin, melankolis, plekmatis dan kolerik. Apapun kepribadian kita, temukan itu dan gunakan bagi kemuliaan Tuhan. Layanilah dia dengan segenap talenta dan kepribadian yang telah Tuhan berikan. Jadilah kita dan layanilah Dia.

Experiences. Semua pengalaman dalam kehidupan kita adalah berkat yang Tuhan berikan untuk melengkapi kita dalam melayaniNya. Pengalaman ini dapat terdiri dari keluarga kita, pendidikan, pekerjaan, pelayanan, kehidupan spiritual hingga penderitaan. Semuanya ini Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita untuk membentuk kita lebih kuat, berakar dan bertumbuh dalam Dia. Oleh sebab itu, tidak ada istilah “mengalami kesialan” dalam hidup ini.

Tuhan telah membekali kita dengan S-H-A-P-E yang berguna dalam hal kita melayani Dia. Sebab itu, adalah tugas kita untuk mengetahui S-H-A-P-E kita dan menggunakannya bagi kemuliaan Tuhan. Tugas kita adalah untuk melayani Tuhan.

Ada beberapa sikap yang harus kita miliki sebagai pelayan Tuhan. Pertama, kita harus selalu siap sedia melayani. Kedua, kita harus peka melihat kebutuhan orang lain yang butuh pelayanan kita. Ketiga, lakukanlah yang terbaik saat kita melayani. Ingat kita bukan hanya melayani manusia melainkan juga Tuhan. Keempat, selain melakukan yang terbaik, kita juga harus memberikan komitmen kita pada pelayanan. Jangan lakukan dengan setengah hati. Kelima, kita harus setia kepada panggilan pelayanan kita. Jangan suam suam kuku, hanya rajin di awal tapi mengalami kemunduran seiring berjalannya waktu.

Untuk dapat memiliki sikap diatas, kita harus berpikir sebagai seorang pelayan (stewardship). Apa itu memiliki pikiran seorang pelayan? Pertama, jangan berpikir hanya diri sendiri. Fokus bukan pada diri kita melainkan Tuhan dan orang lain. Kedua, ingatlah bahwa semua adalah milik Allah. Kita hanya pengelola saja. Ketiga, jangan pernah membandingkan pelayanan kita dengan orang lain. Setiap kita memiliki talenta masing masing, oleh sebab itu fokus lah pada apa yang Tuhan inginkan kita lakukan, bukan orang lain lakukan. Keempat, ingatlah selalu bahwa kita harus mencerminkan Kristus. Dan terakhir, pandanglah pelayanan sebagai kesempatan melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Jangan jadikan pelayanan sebagai beban atau kewajiban.

Tujuan #5 : Kita diciptakan untuk sebuah misi (Made for a mission)

Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia
-- Yohanes 17:18

Kita diciptakan untuk sebuah misi. Ada tujuan khusus kita di dunia ini. Kita diciptakan untuk melayani keluarga Allah serta dunia. Yang pertama pelayanan kita untuk sesama anak Tuhan (believers) dan yang kedua adalah untuk orang di luar Kristus (non believers). Keduanya seperti dua sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

Kata “misi” berasal dari bahasa Latin yang berarti “kirim”. Kita adalah orang orang yang dikirim Kristus untuk memberitakan kabar kesukaan bagi dunia. Kabar keselamatan bagi manusia.

Matius 28:19-20 sangat jelas mendeskripsikan misi kita di dunia. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”.

Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk mengabarkan berita Injil ini. Kita dapat bersaksi bagaiman baiknya Tuhan dalam kehidupan kita. Bukan hanya bersaksi melalui perkataan, kehidupan kita sehari hari pun dapat menjadi saksi bisu karya keselamatan Allah dalam hidup kita. Dan tentunya kita juga dapat melakukannya melalui penginjilan.

Yang menarik dalam buku ini adalah Rick Warren mendedikasikan satu bab tentang bagaimana kita menjadi “orang Kristen kelas dunia” (a world-class Christian).

Pertama, kita harus merubah pola pikir kita dari self-centered menjadi other-centered. Berhentilah berpikir seperti anak kecil dan mulailah berpikir sebagai orang dewasa. Anak kecil selalu berpikir untuk dirinya tanpa mempedulikan orang lain. Untuk menjadi world-class Christian kita perlu memiliki pola pikir orang dewasa.

Kedua, berpikirlah secara global. Sering kali kita berpikir dalam lingkup yang kecil. Tetapi ingat Tuhan kita adalah Tuhan atas seluruh bangsa, bukan hanya kita saja. Misalnya, saat berdoa bagi pekerjaan Injil kita sering kali hanya mendoakan gereja kita saja. Hal ini tidak boleh lagi terjadi, berdoalah bagi gereja di seluruh dunia.

Ketiga, rubahlah pola pikir kita dari kesementaraan menjadi kekekalan. Untuk menjadi berkat di dunia ini ingatlah selalu perspektif kita berada dalam kekekalan.

Kesimpulan
Kelima tujuan ini dapat disimpulan dalam perkataan Tuhan Yesus yang tercatat dalam Matius 22:37-39 (Great Commandment) dan Matius 28:19-20 (Great Commission). Kelimanya adalah :
1. Tujuan #1 (Planned for God’s Pleasure) – “Kasihilah Tuhan, Allah mu, dengan segenap hatimu”
2. Tujuan #2 (Formed for God’s Family) – “Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”
3. Tujuan #3 (Created to Become Like Christ) – “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”
4. Tujuan #4 (Shaped for Serving God) – “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”
5. Tujuan #5 (Made for a Mission) – “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid Ku”


Data Buku
Judul : The Purpose Driven Life
Pengarang : Rick Warren
Edisi : Special Edition, 2003
Penerbit : Zondervan

1 comment:

Unknown said...

Sangat terberkati, diteguhkan lagi dalam pelayanan penginjilan dan pemuridan. Trimakasih banyak.